Liputan6.com, Jakarta - Bumi kian panas. Ancaman krisis iklim pun menjadikan elektrifikasi transportasi sebuah keniscayaan.
Berdasarkan laporan United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change pada 2021, Bumi telah dengan cepat memanas 1,1 derajat Celcius lebih tinggi dari era pra industri. Bahkan kini bergerak menuju 1,5 derajat Celcius.
Menurut hasil studi Institute for Essential Services Reform (IESR), sektor transportasi menjadi penyumbang sekitar seperempat dari total emisi gas rumah kaca global. Jumlah emisi ini akan semakin meningkat seiring berkembangnya perekonomian suatu negara.
Advertisement
Di Indonesia, sektor transportasi menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua (157 juta ton CO2 atau 27 persen) setelah sektor industri (215 juta ton CO2 atau 37 persen) pada 2019. Indonesia pun menargetkan mencapai emisi gas rumah kaca puncak pada 2030 dan mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih awal.
Salah satu upaya transisi menekan emisi sebelum era elektrifikasi, pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi standar emisi Euro 4 untuk seluruh mobil bermesin diesel. Kebijakan yang diberlakukan mulai 7 April 2022 ini merupakan upaya menekan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen.
Dengan kebijakan standar emisi Euro 4 ini, setiap usaha maupun kegiatan produksi tipe baru kendaraan bermotor beroda empat atau lebih, wajib memenuhi ketentuan Baku Mutu Emisi Gas Buang yang pengujiannya dilakukan menggunakan bahan bakar minyak diesel (solar) dengan parameter Cetane Number (CN) minimal 51, kandungan sulfur maksimal 50 ppm, dan kekentalan 2-4,5 mm2/s.
Standar emisi Euro awalnya diterapkan negara-negara Eropa untuk mengurangi emisi dengan menggunaan teknologi transportasi yang lebih ramah lingkungan. Dimulai pada awal 1990, Eropa mengeluarkan peraturan yang mewajibkan penggunaan katalis untuk mobil bensin, sering disebut standar Euro 1. Kemudian secara bertahap, Eropa memperketat peraturan menjadi standar Euro 2 (1996), Euro 3 (2000), Euro 4 (2005), Euro 5 (2009), dan Euro 6 (2014).
Dampak Eksistensi Fuso di Era Euro 4
Dengan adanya kebijakan standar emisi Euro 4, PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) sebagai distributor resmi kendaraan niaga Mitsubishi Fuso Truck and Bus Corporation (MFTBC) di Indonesia, langsung meluncurkan 15 varian Canter dan 14 varian Fighter X pada Maret 2022. Semua varian Canter dan Fighter X itu telah menggunakan mesin dengan standar emisi Euro 4. Â
"Sebagai penerus dari Fuso Maru-P, kami meluncurkan Fighter X untuk memenuhi kebutuhan bisnis konsumen. Tersedia 14 varian Fighter X yang dapat dipilih,"Â ungkap Presiden Direktur PT. KTB Nobukazu Tanaka.
Hadir dengan standar Euro 4, mesin 4V21 untuk Canter dan mesin 6M60 untuk Fighter X dengan teknologi Common Rail dapat menghasilkan tenaga mesin yang maksimal, torsi yang lebih tinggi di range RPM yang lebih panjang sehingga performanya lebih optimal.
Selain itu, teknologi Exhaust Gas Recirculation, Positive Crankcase Ventilation, dan Diesel Oxidation Catalyst Muffler mampu menurunkan kadar emisi NOx (Nitrogen Oxide) sehingga emisi gas buang kendaraan lebih ramah lingkungan.
Dampak dari dimulainya era Euro 4, produk-produk PT. KTB mendapatkan respons positif dari konsumen. "Terutama di bisnis pertambangan. Jambi adalah salah satu contoh yang memberikan respons positif," ujar Duljatmono, Sales and Marketing Director PT. KTB, seperti dilansir situs resminya ktbfuso.co.id, Jumat (27/1/2023).
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara di Jambi, PT. Putra Mandiangin Utama (PT. PMU) telah memesan 300-unit Canter FE SHDX Euro 4. Menurut Managing Director PT. PMU Muhammad Alyafei, Mitsubishi Fuso telah terkenal dengan produk yang kuat, andal, dan berkinerja tinggi. "Hadir dengan reputasi yang baik, produk FUSO telah dijual dan dipercaya di seluruh dunia. Oleh karena itu, kami memilih FUSO sebagai kendaraan yang mendukung bisnis kami."
Sementara itu, PT. Metalik Bara Sinergi (PT. MBS) yang bergerak di bidang jasa angkutan batubara juga telah memesan 100-unit Canter FE SHDX Euro 4. Managing Director PT. MBS Haspin Walad mengaku mempercayakan Mitsubishi Fuso sebagai kendaraan operasional karena mendapat masukan dari tim driver di lapangan.
"Mereka memberitahukan bahwa kendaraannya mudah dikendarai dan komunikasi dengan mekanik profesional dan tenaga penjual luar biasa. Jadi, kami tidak ragu untuk menggunakan Fuso sebagai kendaraan operasional kami untuk mendukung bisnis kami."
Respons positif konsumen PT. KTB ini sejalan dengan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Berdasarkan data tersebut, penjualan Mitsubishi Fuso dari semua tipe sepanjang 2022 mencapai 37.586 unit, melampaui Isuzu yang menjual 36.646 unit dan Hino 30.853 unit. Capaian itu pun mengukuhkan Mitsubishi Fuso sebagai market leader untuk kendaraan niaga.
Advertisement
Menuju Era Elektrifikasi
Selain truk bersandar Euro 4, Mitsubishi Fuso Truck and Bus Corporation (MFTBC) juga telah meluncurkan truk listrik Fuso eCanter Next Generation secara global. Namun, hingga kini truk ramah lingkungan itu belum juga dijual di Indonesia.Â
Dalam peluncuran pada ajang IAA Transportation 2022 di Hannover, Jerman, yang dihadiri Liputan6.com, Presiden dan CEO MFTBC Karl Deppen mengungkap sejumlah pembaruan yang disematkan pada Fuso eCanter Next Generation. "Generasi terbaru eCanter memiliki konsep baterai modular baru dengan tiga opsi berdasarkan jarak sumbu roda - S, M dan L," katanya pada Senin 19 September 2022.
Untuk Fuso eCanter Model S memiliki jangkauan mengemudi 70 km, model M menawarkan 140 km dan model L dapat melaju hingga 200 km. Sama seperti model sebelumnya, eCanter generasi terbaru yang serba elektrik menawarkan pengendaraan yang tenang dan mulus sehingga lebih sedikit mengurangi kelelahan pengemudi.
"Kami juga telah menambahkan lebih banyak fitur keselamatan, seperti sistem rem mitigasi tabrakan tercanggih kami, ABA5. Selanjutnya, fitur Sideguard Assist, yang memperingatkan pengemudi tentang titik buta, juga akan membantu meningkatkan keselamatan di jalan, terutama bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda di lingkungan perkotaan," ujar Deppen.
Setiap paket baterai lithium-ion berkinerja tinggi memiliki kapasitas 370V/13.5kWh, dan Fuso eCanter generasi terbaru ditenagai dengan enam paket baterai terpasang. Ini memberikan eCanter jangkauan sekitar 100 km per pengisian daya, yang mampu diisi oleh dua jenis sistem pengisian baterai, yakni pengisian daya AC normal, atau pengisian DC cepat yang sesuai dengan protokol CCS2.
Menurut Deppen, pihaknya berencana untuk menjual truk listrik Fuso eCanter generasi terbaru ke berbagai pasar otomotif besar di sejumlah negara.
"Dengan senang hati saya umumkan bahwa awal penjualan untuk pasar Eropa direncanakan pada Q4 2022, dan produksi seri Fuso Next Generation eCanter akan menyusul pada 2023. Dalam beberapa tahun ke depan, kami juga bertujuan untuk membawa kendaraan ini ke pasar internasional kami, seperti Singapura, Hong Kong, Indonesia, dan pasar Taiwan. Dan juga ke pasar kami saat ini Australia dan Selandia Baru," Deppen memungkasi.