Liputan6.com, Wuhu - PT Chery Sales Indonesia mengundang jurnalis Indonesia ke HQ Chery International di Wuhu, Cina. Perjalanan ke Wuhu sejauh 350 km dimulai dari Kota Shanghai.
Saat perjalanan, bus yang ditumpangi mengisi bahan bakar di SPBU yang terletak di service area atau rest area jalan tol. Harga BBM per tanggal 8 Februari 2023 pun terpampang jelas.
Baca Juga
Berikut daftar harga BBM di salah satu SPBU di Cina.
Advertisement
- RON 98 dibanderol 9,28 yuan per liter atau setara Rp 20.698
- RON 95 dibanderol 8,25 yuan per liter atau setara Rp 18.400
- RON 92 dibanderol 7,76 yuan per liter atau setara Rp 17.307
Sebagai perbandingan, berikut daftar harga BBM di SPBU Pertamina per 12 Februari 2023.
- Pertalite (RON 90): Rp 10.000 per liter (seluruh Indonesia)
- Pertamax (RON 92)Â
- Rp 12.800 per liter. (Aceh, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur)
- Rp 13.050 per liter (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat)
- Rp 14.500 per liter (Riau, Kepulauan Riau, Kodya Batam (FTZ), Bengkulu)
-
Pertamax Turbo (RON 98)Â Rp 14.850 per liter Wilayah: Aceh, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur)
-
Rp 15.150 per liter (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat)
-
Rp 15.450 per liter (Riau, Kepulauan Riau, Kodya Batam (FTZ), Bengkulu)
Ekonom Sebut Fluktuasi Harga BBM Nonsubsidi Bisa Untungkan Konsumen
Pengamat menilai jika masyarakat harus diberikan pemahaman yang jelas terkait pengaturan harga BBM nonsubsidi atau non-public service obligation (PSO). Ini terutama terutama yang dijual oleh Pertamina, sehingga konsumen akan terbiasa dengan penyesuaian harga BBM nonsubsidi.
"Sebenarnya ini justru menguntungkan masyarakat karena ada penyesuaian harga lebih cepat dalam konteks harga minyak mentah rendah," kata Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) melansir Antara di Jakarta, Sabtu (11/2/2023).
Agar kebiasaan menghadapi harga BBM yang fluktuatif itu ada di tengah masyarakat, lanjut Bhima, menjadi tugas Pertamina dan pemerintah untuk sosialisasikan secara masif beserta formulasi yang transparan.
Pemanfaatan teknologi informasi maupun media sosial harusnya bisa lebih ditingkatkan. Kendati sudah diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terkadang masyarakat dibingungkan dengan cara penghitungan harga BBM.
"Idealnya, ada website untuk pengumuman formulasi, variabel seperti level nilai tukar yang digunakan, harga acuan BBM Singapura, dan sebagainya," ujar Bhima.
Hingga saat ini, Pertamina adalah badan usaha terbesar yang mendistribusikan dua jenis BBM, yaitu subsidi (PSO) dan nonsubsidi (non-PSO).
BBM PSO adalah minyak tanah dan Pertalite. Sedangkan BBM yang masuk kategori non-PSO adalah Pertamax Series seperti Pertamax, Pertamax Turbo, serta Dexlite dan Pertamina Dex.
Ada banyak variabel yang menentukan harga BBM, termasuk harga BBM nonsubsidi, antara lain harga minyak dunia, rata-rata produk minyak olahan Mean of Platts Singapore (MOPS/Argus), inflasi, dan kurs rupiah. Fluktuasi minyak dunia bahkan harian sehingga harga BBM nonsubsidi harus sesuai angka keekonomian.
Advertisement
Ikuti Harga Keekonomian
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menilai ide untuk mengevaluasi harga BBM nonsubsidi mengikuti harga keekonomian pasar yang terus bergerak, sangat tepat untuk diterapkan.
Hal ini dinilai wajar dalam dunia bisnis dan tidak ada yang dilanggar selama yang diatur memang tidak disubsidi oleh pemerintah.
Dia menjelaskan pengguna BBM nonsubsidi sebagian besar adalah kalangan menengah ke atas. Selain itu, dengan dibiarkan floating tidak akan ada perubahan harga drastis yang justru mengejutkan masyarakat.
Misalnya, jika tiba-tiba harga minyak dunia naik tapi harga ditahan dan baru dua atau tiga bulan kemudian naik signifikan masyarakat pasti akan terkejut.