Sukses

Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Tetap Optimistis Menghadapi Isu Resesi Global pada 2023

Resesi global membayangi tahun 2023 yang berpotensi menghambat laju ekonomi dari berbagai industri, salah satunya industri sepeda motor.

Liputan6.com, Jakarta - Resesi global membayangi tahun 2023 yang berpotensi menghambat laju ekonomi dari berbagai industri, salah satunya industri sepeda motor. 

PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) rupanya tetap optimistis dan yakin meningkatkan penjualan di tahun ini. Yamaha tetap menyiapkan berbagai strategi untuk tetap mempertahankan penjualan atau bahkan mampu tumbuh dibanding 2022. 

"Saya tidak mau berandai-andai, tapi intinya pertama tetap melakukan inovasi. kemudian, juga memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Ketiga, sebenarnya untuk Indonesia, sepeda motor masih menjadi pilihan transportasi jadi saya pikir demand untuk sepeda motor masih ada," ungkap Antonius Widiantoro, Asst General Manager Public Relation PT YIMM.

Sementara itu, Anton menjelaskan, pihaknya tetap optimistis kondisinya tetap baik walaupun bakal ada resesi, dan sebagainya. Semoga penjualan bisa naik terus, dan permintaan juga meningkat.

"Kondisi Covid-19 juga dari situ kita belajar, banyak kondisi yang ada saat itu. Bagaimana kita melakukan promosi, yang lebih efektif iklan," pungkasnya.

2 dari 2 halaman

Resesi Global Mengancam, Indonesia Bisa Apa?

Pelemahan ekonomi atau resesi global disebut-sebut mulai berdampak terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia. Namun, hal itu dipandang masih dalam skala yang rendah.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkap sejumlah tanda-tanda resesi global yang mulai masuk ke Indonesia. Termasuk menurunnya kinerja ekspor yang diprediksi terjadi di kuartal I 2023 ini.

Namun, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah memandang kalau dampak resesi global itu cenderung masih rendah. Artinya, ekonomi Indonesia masih bisa menopang dengan setiap capaian-capaiannya.

"Menurut saya seharusnya lebih baik. Karena kondisi perekonomian yang lebih baik pasca pandemi," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (19/2/2023).

Piter mangamini kalau pelemahan ekonomi global pasti akan turut berdampak ke Indonesia, cepat atau lambat. Namun, hingga bulan kedua 2023 ini, dia tidak melihat tanda-tanda yang serius.

Dia masih melihat adanya tren yang positif dari neraca pergadangan per Januari 2023. Padahal, ada faktor pelambatan dari akhir tahun lalu yang disebut-sebut jadi sinyal resesi.

"Pelemahan global kalau terjadi pasti akan berdampak ke Indonesia. Tapi sejauh ini belum terlihat. Neraca perdagangan Januari masih surplus cukup besar di-support oleh harga komoditas yang masih bertahan tinggi," ungkapnya.