Sukses

Volkswagen Bakal Tunjuk Mitra untuk Bangun Pabrik Baterai di Indonesia

Volkswagen akan membangun ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia, dan bermitra dengan Vale, Ford, dan produsen biji baterai asal Cina, Zhejiang Huayou Cobalt, demikian disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

Liputan6.com, Jakarta - Volkswagen akan membangun ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia, dan bermitra dengan Vale, Ford, dan produsen biji baterai asal Cina, Zhejiang Huayou Cobalt, demikian disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

Disitat dari Reuters, Volkswagen memang lebih memilih Indonesia untuk bahan baku yang digunakan membuat baterai kendaraan listrik, yang akan mencapai sekitar 40 persen. Selain itu, langkah ini juga sekaligus menutup kesenjangan dengan pemimpin pasar kendaraan listrik saat ini, Tesla.

Secara detail, Volkswagen akan bekerja sama dengan Vale, Ford, Huayou, penambang Prancis Eramet dan perusahaan induk Merdeka Battery, Merdeka, serta perusahaan energi Kalla Group.

Kemitraan tersebut, akan menyediakan usaha patungan dan bahan baku, katanya dalam pernyataan video dari Jerman, di mana ia bertemu dengan delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, Hannover Messe, dan perwakilan dari perusahaan termasuk raksasa kimia Jerman BASF, Eramet dan Volkswagen. .

Secara terpisah, dalam pernyataan yang dirilis kantor Kepresidenan, investasi Volkswagen akan dilakukan oleh unit baterai Powerco.

Sementara itu, Bahlil mengatakan BASF telah menyatakan minatnya untuk bermitra dengan Eramet di Provinsi Maluku Utara Indonesia untuk membangun pabrik yang memproduksi bahan baterai dengan total investasi sekitar $US 2,6 miliar.

2 dari 2 halaman

BASF Tidak Segera Menanggapi Permintaan Komentar

BASF tidak segera menanggapi permintaan komentar, tetapi perusahaan tersebut mengatakan pada Januari bahwa rincian rencana investasi dengan Eramet akan diumumkan setelah evaluasi selesai.

Bahlil juga mengatakan, minat investasi dari perusahaan Eropa akan menghilangkan kekhawatiran bahwa pengelolaan tambang Indonesia tidak sesuai dengan standar internasional.

Video Terkini