Sukses

Polemik Mobil Listrik, Anies Ingin Kebijakan Subsidi Dialokasikan untuk Moda Transportasi

Program insentif yang diberikan pemerintah kepada pengguna kendaraan listrik, dinilai kurang tepat oleh Anies Baswedan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah resmi memberikan insentif kepada pengguna mobil listrik dengan memberikan pengurangan PPN 10 persen. Hal ini dimaksudkan untuk menggairahkan masyarakat dalam menggunakan kendaraan listrik dalam mobilitas harian.

Rupanya hal tersebut menimbulkan polemik, menurut Anies Baswedan, hal tersebut kurang tepat karena hanya menyasar para konsumen yang memiliki uang.

Menurutnya, hal tersebut akan lebih berguna apabila insentif tersebut diarahkan untuk kendaraan umum. Melalui arah yang lebih besar tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini merasa bahwa akan memberikan dampak yang bermanfaat bagi semua.

"Jadi saya, melihat kami yakin apabila itu diarahkan untuk kendaraan umum prinsip keadilan akan tercapai. Karena uang publik dipakai untuk publik benefit untuk manfaat bagi semua," tutur Anies, seperti dilansir News Liputan6.

Rupanya, Menko Marinves, Luhut Binsar Pandjaitan, resah dengan statement yang disampaikan oleh Anies tersebut. Menurutnya, kebijakan pemberian insentif kepada pengguna mobil listrik ini sudah melalui studi yang komprehensif.

"Sebenarnya gini ya, mengenai mobil listrik ini, sudah ada studi yang komprehensif. Jadi saya kira seluruh dunia bukan hanya kita, jadi jangan kita melawan arus dunia juga," katanya di Jakarta, pada Selasa (9/5).

Mendapat kontra dari Menko Marinves, Anies Baswedan, turut menyampaikan bahwa pendapatnya tersebut bukan semata-mata menolak kehadiran kendaraan listrik.

Ia lantas membeberkan beberapa peraturan yang ia buat semasa menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Kami di Jakarta adalah promotor kendaraan listrik. Bahkan kita membuat pertandingan balap motor, motor listrik. Karena memang kendaraan berbasis listrik adalah masa depan," kata Anies.

"Itu enggak ada pertanyaan, bahkan saya termasuk yang paling awal membebaskan pajak balik nama kendaraan bermotor listrik nol. Kemudian, kendaraan listrik tidak kena ganjil-genap di Jakarta kita berikan insentif-insentif itu," tandasnya.

2 dari 2 halaman

Wuling Pangkas Harga Air Ev Demi Capai Predikat Mobil Listrik Terlaris

Selain diberlakukan di Indonesia, penurunan harga mobil listrik Wuling juga dilakukan di Tiongkok. Hal ini dilakukan untuk membantu perusahaan dalam mencapai predikat mobil listrik terlaris di tengah maraknya mobil listrik yang bertebaran.

Dilansir dari Carnewschina, jenama Tiongkok ini menurunkan harga sebesar USD 1.850 atau setara dengan Rp 27 jutaan. Dengan penurunan harga tersebut, maka harga paling murah Wuling adalah USD 8.230 atau setara dengan Rp 122 jutaan.

Selain Wuling Air Ev yang harganya turut dipangkas, model lain yang mengalami pemotongan harga adalah Hongguan Mini Ev varian Gameboy.

Kini, setelah dipangkas harga yang ditawarkan kepada konsumen adalah senilai USD 3.970 atau setara degan Rp 59 jutaan dengan sistem layanan peminjaman baterai.

Jika melihat sepak terjang penjualan SGWM di Tiongkok pada 2021 lalu, Wuling Mini EV menjadi mobil listrik terlaris dengan mencatatkan penjualan sebanyak 400 ribu unit. Namun, hal tersebut rupanya mengalami perubahan yang cukup signifikan, sehingga perusahaan memberlakukan pemangkasan harga.

Sebelum dipangkas, untuk harga yang ditawarkan kepada konsumen, Hongguang Mini EV Gameboy dibanderol dengan rentang harga mulai dari USD 7.960 sampai USD 10.390.

Begitupun dengan Wuling Air Ev, di kampung halamannya, mobil listrik mungil ini dibanderol dengan rentang harga mulai dari USD 9.675 sampai USD 11.875. Namun setelah dipangkas, harganya menjadi USD 7.090 atau setara dengan Rp 105 jutaan.

Program penjualan tersebut akan diberlakukan Wuling mulai dari 22 Mei hingga 30 Juni 2023.