Liputan6.com, Jakarta - Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu menanggapi terkait hebohnya alat bernama Nikuba atau Niku Banyu, ciptaan Aryanto Misel. Menurutnya, pemberitaan terkait inovasi teknologi yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar hidrogen untuk sepeda motor ini cukup aneh.
"Tahun lalu sempat diangkat, dan sudah selesai. Sampai media televisi sudah mendatangi yang bersangkutan, dan sudah diklarifikasi dengan kesimpulan meragukan (penemuan Nikuba). Tapi, tiba-tiba diangkat lagi, dan ini yang bikin aneh. Sudah selesai tapi diangkat lagi," ujar Yannes, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (14/7/2023).
Ia menilai, munculnya keraguan dari Nikuba ini karena keaslian dan keefektifitasan inovasi tersebut sebagai teknologi yang mampu mengubah air jadi energi penggerak mesin kendaraan dengan efisiensi yang sangat-sangat tinggi tidak terungkap secara gamblang.
Advertisement
"Keraguan yang muncul dari tahun lalu, sudah dibahas banyak di media. Pertama soal efisiensi yang dilakukan baterai 12V untuk menghasilkan jumlah gas, yang dimanfaatkan energi penggerak motor bakar. Di situ, muncul keganjilan. Terus terang, untuk bisa menghasilkan hidrogen dalam jumlah besar, perlu energi besar juga, energi listrik yang besar sekali," jelasnya.
Kedua, sambung Yannes, hidrogen ini sebenarnya yang dihasilkan tidak diceritakan juga, apakah dalam tekanan ruang yang standar atau bagaimana. Menurut Yannes, untuk bisa menghasilkan jumlah kalori setara bahan bakar minyak (BBM), diperlukan tabung berkompresi tinggi, sekitar 150 psi.
"Ini tidak diceritakan juga, banyak hal-hal yang dirahasiakan dengan dalil kerahasian dan sebagainya. Akhirnya, menimbulkan keraguan dari banyak pihak, terutama pihak dari dunia riset," kata Yannes.
Sementara itu, dengan hebohnya Nikuba ini, ada perang informasi yang terjadi. Pertama, ada informasi yang sesungguhnya yang tidak disampaikan. Kemudian, disinformasi yang terus diviralkan, melalui jalur media sosial bukan lembaga-lembaga atau tempat-tempat yang memiliki kualifikasi atau memiliki kompetensi kuat, baik perseorangan, LSM, atau lembaga riset pemerintah dan luar negeri yang bisa mensahkan inovasi tersebut.
"Bukti peneletian yang terverifikasi tidak disediakan yang bersangkutan dengan dalil kerahasian. Padahal kalau kita bicara karya teknologi, ada namanya paten," Yannes memungkas.
Tanggapan BRIN
Sementara itu, terkait Nikuba ini, BRIN akhirnya angkat bicara. Menurut Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Haznan Abimanyu, pada dasarnya BRIN mendukung agar temuan tersebut dapat diuji secara ilmiah.
Alasannya, secara ilmiah, air memang dapat diubah menjadi energi dengan menggunakan prinsip elektrolisis, di mana arus listrik searah DC dialirkan ke air (H20) dengan menambahkan zat kimia yang terdiri dari Sulfuric Acid (H2SO4).
Proses tersebut akan menyebabkan air melepaskan elektron pada sisi anoda (+) untuk memisahkan O2 atau Oksigen. Lalu, ion Hidrogen menerima elektron di sisi katoda (-). Adapun asam sulfat digunakan ion untuk menghantarkan arus listrik.
Lebih lanjut Haznan menuturkan, produk elektrolisisnya berupa hidrogen yang bisa digunakan di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama industri petrokimia, perumahan, hingga alat transportasi/kendaraan.
"Terkait nikuba yang merupakan produk penelitian/inovasi masyarakat, BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi karena BRIN berkomitmen untuk mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (14/7/2023).
Advertisement
Aryanto Misel di Undang ke Italia
Aryanto mengaku keberangkatannya ke Milan untuk mempresentasikan teknologi Nikuba ke perusahaan otomotif asing. "Saya diajak ke lab, mereka sedang mengembangkan Nikuba juga, alatnya dibeli dari Rumania, tapi alat mereka tidak bisa untuk menghidupkan atau menjalankan motor."Â
Selain itu, dalam wawancaranya dengan stasiun televisi swasta, Aryanto juga diminta untuk membantu agar sepeda motor yang ditenagai mesin buatan Rumania itu agar bisa menyala dan berjalan. "Otomatis (untuk bisa menghidupkan motor dengan Nikuba) saya harus buka formula, akhirnya saya berikan hal resep-resep yang saya miliki, hanya 50 persen. Ternyata motor itu bisa hidup, tetapi belum bisa berjalan," ungkap Aryanto.
Namun, dirinya belum bisa memberikan 100 persen formula terkait teknologi Nikuba buatannya yang bisa dipakai untuk menjalankan motor tanpa bensin. Hal ini karena belum ada pembahasan tentang kompensasi atas hal tersebut.
"Kalau saya bantu semua, saya harus buka semua formula, sedangkan kompensasi untuk saya untuk masalah formula belum ada sama sekali, jadi saya tahan (buka rahasia) 50 persen," kata Aryanto.
Ia pun mempersilakan para produsen otomotif asing tersebut untuk datang ke kediamannya jika ingin mendapatkan seluruh rahasia dari teknologi Nikuba miliknya. "Nanti silakan di Indonesia saja, rencananya Agustus, datang ke rumah saya, saya ajari di sini. Karena saya keberatan, kalau saya buka resep, bagaimana kompensasinya?"
Aryanto pun menyatakan, perusahaan otomotif asing tersebut tertarik dengan teknologi Nikuba bikinannya karena mereka telah sekian bulan mengembangkan, namun belum bisa menghidupkan dan menjalankan sepeda motor.
Infografis Heboh Nikuba Mau Dijual Rp 15 Miliar ke Perusahaan Otomotif Asing
Advertisement