Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya berfokus kepada pengembangan powertrains listrik dan teknologi baterai, Yamaha juga mengembangkan program e-fuel secara bersamaan.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Japan Times, Presiden dan CEO Yamaha, Yoshihiro Hidaka menjelaskan bahwa perusahaan mendukung hidrogen sebagai opsi yang bersih serta layak untuk mencapai netralitas karbon dan akan mengembangkannya sebagai sumber bahan bakar.
Baca Juga
"Kami ingin menyimpan banyak kemungkinan - peluang - untuk mencapai netralitas karbon," kata Hidaka dalam wawancara di markas Yamaha di Prefektur Shizuoka, Jepang.
Advertisement
Di antara kemungkinan itu adalah hidrogen. Ya, mobil listrik hidrogen ada dan telah diproduksi. Toyota Mirai, misalnya. Namun, yang ada di benak Yamaha dalam hal tenaga hidrogen adalah pelestarian mesin pembakaran internal.
“Di antara pabrikan kendaraan roda dua Jepang, hampir tidak ada pengujian hidrogen selain teknologi listrik. Kami memimpin dan membangun fasilitas untuk menguji teknologi baterai dan hidrogen, serta bahan bakar netral karbon,” jelas Hidaka.
Seperti kita tahu, Yamaha tidak asing dengan mesin pembakaran bertenaga hidrogen. Sebab pabrikan berlogo ‘Garpu Tala’ bekerja sama dengan Toyota mengembangkan mesin untuk mobil balap hidrogen berpendingin cair pertama di dunia.
Pada Mei 2023, Toyota Corolla H2 Concept memasuki dan menyelesaikan balap ketahanan 24 jam di Fuji International Speedway. Ini menandai yang pertama untuk sektor otomotif dan dunia motorsport.
Pada bulan yang sama, Yamaha dan tiga produsen sepeda motor lainnya, Honda Motor Co., Suzuki Motor Corp. dan Kawasaki Motors Ltd disetujui oleh pemerintah untuk membentuk asosiasi penelitian teknologi untuk bersama-sama mengembangkan mesin bertenaga hidrogen.
“Dan Toyota akan membagi pengetahuannya tentang hidrogen dengan asosiasi tersebut,” kata Hidaka.
Kelebihan dan Kekurangan
Konfigurasi kendaraan bermesin hidrogen pada dasarnya sama dengan mesin bensin. Selain itu, dapat memanfaatkan suku cadang dan teknologi dari kendaraan bertenaga bensin.
Namun demikian, terlepas dari semua potensi yang dimiliki, ia juga memiliki kekurangan. Seperti mudah terbakar dan belum hemat bahan bakar.
Itu berarti kendaraan yang menggunakan bahan bakar tersebut perlu diisi lebih sering. Sisi positifnya, tangki dapat diisi lebih cepat.
Dan untuk menyimpan atau mengisi mobil dengan hidrogen cair, hidrogen tersebut harus dijaga pada suhu lebih rendah dari minus 253 Celcius. Ini membutuhkan teknologi untuk pompa bahan bakar dan komponen lainnya.
Selain itu, teknologi untuk mengkompresi hidrogen belum ada di mana-mana seperti pengisi daya EV, dan masih dianggap sebagai teknologi khusus.
“Lebih baik menyiapkan teknologi terlebih dahulu dan mengarsipkannya. Begitu dunia bergerak ke arah itu, kami akan membawa teknologi ke pasar dan memulai pengembangan massal,” kata Hidaka.
Yamaha juga mendorong pengembangan "e-fuel" yang dibuat dengan mensintesis hidrogen dan karbon dioksida.
Karena desain mesin yang menggunakan bahan bakar bensin, hidrogen, atau e-fuel bisa serupa, ini akan membantu banyak pabrikan dan pemasok yang merupakan bagian dari industri di Jepang untuk tetap bertahan.
“Tugas ke depan adalah mengembangkan teknologi dan memproduksi secara murah dalam jumlah besar,” kata Hidaka.
Setelah mengatakan semua itu, kita lihat seberapa cepat mereka mengadopsinya dalam beberapa tahun ke depan.
Sumber: Oto.com
Advertisement