Liputan6.com, Jakarta - Toyota akan memperkuat pengembangan teknologi kendaraan listriknya di China. Hal tersebut, dilakukan gua mengejar persaingan domestik yang semakin ketat di pasar mobil terbesar di dunia.
Disitat dari Reuters, Senin (31/7/2023), langkah yang dilakukan jenama asal Jepang ini menunjukkan keseriusan terhadap kendaraan listrik. Bahkan, baru-baru ini, Toyota telah merinci strategi kendaraan listrik baru yang ambisius, dengan mencakup perombakan rantai pasokan dan pengembangan baterai jarak jauh.
Baca Juga
Sementara itu, China yang pernah dianggap sebagai peluang untuk potensi pertumbuhan tanpa batas bagi pembuat mobil asing, kini dianggap sebagai pasar yang semakin kompetitif. Pasalnya, kini banyak muncul perusahaan otomotif lokal yang bergerak cepat.
Advertisement
Toyota mengatakan, akan mempercepat pengembangan powertrain dengan pemasok Denso dan Aisin, serta desain lokal dan pengembangan kokpit pintar yang memenuhi kebutuhan pasar Tiongkok.
Dikatakan, strategi itu bertujuan untuk secara signifikan mengurangi biaya produksi, termasuk melalui pengembangan basis pemasok lokal, untuk menjadi lebih kompetitif.
Selain itu, hal ini juga akan memperkuat pengembangan kendaraan bertenaga baterai, plug-in hybrid (PHEV), dan mobil hidrogen di China untuk mencapai netralitas karbon melalui pendekatan multi-pathway.
Jepang Setop Ekspor Mobil ke Rusia, Ini Alasannya
Jepang, sebagai raksasa otomotif dunia, telah memberlakukan larangan baru untuk tidak mengirimkan mobil ke Rusia.
Tidak hanya untuk mobil dengan mesin konvensional, tetapi, dalam sebuah informasi menyebutkan bahwa Jepang tidak lagi mengirimkan mobil hybrid, mobil listrik sampai mobil bermesin besar ke negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin.
Ini menjadi salah satu sanksi yang diperluas oleh negeri matahari terbit tersebut, karena tidak hanya sektor otomotif, namun beberapa sektor seperti baja, plastik, dan suku cadang elektronik, juga tidak lagi didistribusikan ke negeri tersebut.
The Moscow Time melaporakan bahwa peraturan tersebut akan berlaku pada 9 Agustus 2023. Hal ini merupakan hasil dari pertemuan beberapa negara dari KTT G7, di mana mereka secara kolektif bersepakat untuk membuat Rusia ini kekurangan teknologi dan peralatan yang berpotensi memicu upaya perang negara.
Hal lainnya, beberapa waktu lalu pun Toyota dan Nissan juga telah menghentikan produksi mobil mereka di Rusia.
Advertisement