Sukses

Jarak Tempuh Masih Jadi Penghambat Pertumbuhan Motor Listrik di Indonesia

Pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia bergerak cukup cepat, terlebih bagi sepeda motor bertenaga baterai ini

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia terbilang cukup masif, terlebih untuk sepeda motor bertenaga baterai. Bahkan, berdasarkan riset  bertajuk An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle, penggunaan roda dua listrik di Tanah Air, mengalami lonjakan signifikan selama 2 tahun terakhir, bertumbuh sebesar 15 kali lipat dari 2020 hingga 2022.

Dijelaskan Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan pertumbuhan yang cukup menjanjikan ini, masih ada beberapa hambatan terkait peralihan penggunaan sepeda motor listrik.

"Beberapa hambatan motor listrik yang saya temui yaitu termasuk adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas," jelas Agus, dalam diskusi panel, yang diselenggarakan di Enery Building, SCBD, Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2023).

Lanjut Agus, hambatan tersebut bisa diatasi atau dikurangi dengan sistem swapping baterai. Bahkan, hal itu juga mampu mempercepat transisi dan adopsi motor listrik di Tanah Air.

"Maka dari itu, kita perlu swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu," tegas Agus.

Dalam kesempatan yang, Irwan Tjahaja, Founder & CEO SWAP Energi, menyampaikan pihaknya berkomitmen dan berpartisipasi aktif dalam mengejar terwujudnya Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.

"Dengan 1.500 swap station yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, kami akan mempercepat penempatan 5.000 titik penukaran baterai sehingga memudahkan para pengguna motor listrik untuk beralih ke moda transportasi yang lebih eco-friendly," tegasnya.

2 dari 2 halaman

Katalis untuk Adopsi EV

Fadli Rahman, Director of Strategic Planning and Business Development, Pertamina New & Renewable Energy, juga mengatakan, dalam proses adopsi kendaraan listrik skala besar, perlu juga dipertimbangkan manajemen sumber daya alam dari awal hingga akhir.

"Tentunya setelah produksi dan penggunaan baterai, perlu dipikirkan dari sekarang bagaimana proses utilisasi/daur ulang dari baterai tersebut. Mulai dari energy storage, cell recycling dan upaya lainnya guna menjaga keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan," pungkasnya.

Adapun, katalis yang diperlukan untuk adopsi EV yang lebih cepat meliputi: Infrastruktur Distribusi Energi, Insentif dari pemerintah, standardisasi baterai motor listrik, serta pajak karbon pemerintah & kredit pajak kendaraan listrik.

 

 

Video Terkini