Sukses

Begini Cara Kerja Sistem Pengereman Regeneratif di Mobil Listrik Hyundai

Teknologi mobil listrik pastinya ada perbedaan dengan mobil konvensional. Salah satunya sistem pengereman regeneratif

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi mobil listrik pastinya memiliki perbedaan dengan mobil konvensional. Salah satunya, adalah pemanfaatan regenerative braking. Di roda empat bertenaga baterai, seperti Hyundai Ioniq 5, proses perlambatan kendaraan atau deselerasi bisa digunakan untuk mengambil energi listrik dan disimpan ke baterai.

Sejatinya, deselerasi ini juga pastinya ada di mobil bensin, namun bedanya energi yang dihasilkan dari proses tersebut dibuang begitu saja. Sedangkan di kendaraan listrik, energi yang didapat dimanfaatkan kembali untuk baterai seperti pemilik melakukan pengisian daya.

Bonar Pakpahan, Product Expert Hyundai Motors Indonesia (HMID) menjelaskan, proses regenerative braking dilakukan dengan mengangkat pedal akselarator atau menginjak rem.

Di saat ini, ada proses kinetik dari roda yang bergulir, yang kemudian mekanisme elektromagnetik ini mengubah friksi menjadi panas.

"Energi kinetik di mobil bermesin pembakaran yang seyogyanya dihasilkan sistem pengereman berbasis friksi, diubah menjadi panas dan menguap di udara begitu saja, padahal energi ini bisa dipakai keperluan lain," jelas Bonar, saat ditemui di Situbondo, Jawa Timur, Rabu (5/10/2023).

Sistem pengereman regeneratif di mobil listrik dikatakan juga sebagai sistem recovery energy dengan memanfaatkan beberapa komponen vital di sistem penggerak.

"Di motor listrik, ada dua komponen stator dan rotator shaft yang terhubung reduction gear axle hingga roda. Saat pedal diangkat, roda masih berputar, rotornya ini menghasilkan listrik yang disimpan balik ke baterai," tegas Bonar.

Proses mendapatkan energi baru dari regenerative braking ini, bekerja ideal saat kondisi stop and go. Pasalnya, ada proses akselerasi kemudian deselerasi kembali, sehingga ada energi yang tidak terbuang sia-sia.

2 dari 2 halaman

Harga Baterai Hyundai Ioniq 5

Harga mobil listrik di Indonesia, bisa dibilang masih cukup mahal. Hal tersebut, lantaran baterai sebagai salah satu komponen utama roda empat ramah lingkungan ini masih memiliki banderol tinggi, sekitar 40 hingga 50 persen dari total harga jual.

Dijelaskan Fajar Ahya, Assembly Process Engineer PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI), harga untuk baterai Hyundai Ioniq 5 hampir setengah dari banderol jualnya.

"Harganya sekitar Rp 300 juta untuk versi standar, dan berkisar Rp 400 juta untuk versi long range," jelas Fajar, saat ditemui di pabrik PT HMMI, di Cikarang, Jawa Barat. Banderol yang bisa dikatakan setara dengan mobil listrik mungil keluaran pabrikan Tiongkok.

Baterai Hyundai Ioniq 5 ini sendiri, memang masih didatangkan langsung dari Korea Selatan. Itulah yang membuat harga baterai masih tidak terjangkau.

Sementara itu, saat ini pabrik baterai PT HLI Green Power, yang merupakan joint venture antara Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution sedang dilakukan tahap pembangunan. Diharapkan, fasilitas perakitan baterai ini bisa beroperasi pada April 2024.

Video Terkini