Sukses

Toyota Racik Baterai Canggih Buat Kendaraan Listrik, Siap Dipasarkan 2027

President & Executive Chief Engineer Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co.,LTD, Yoshiki Konishi menyatakan, proyek baterai Solid State yang sedang Toyota kembangkan ditarget meluncur pada 2027-2028.

Liputan6.com, Jakarta - President & Executive Chief Engineer Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co.,LTD, Yoshiki Konishi menyatakan, proyek baterai Solid State yang sedang Toyota kembangkan ditarget meluncur pada 2027-2028.

Baterai yang tengah dikembangkan ini dibekali teknologi terkini yang memungkinkan waktu pengisian lebih cepat, tahan lama, dan biaya produksi yang lebih rendah.

"Di masa mendatang, sekitar 2027-2028 menjadi target kami untuk komersialisasi solid state. Dibandingkan dengan teknologi baterai sekarang, sangat jauh perbedaan peningkatannya. Misal, waktu pengisian lebih ringkas, kurang dari 10 menit bisa sampai penuh. Dari sisi pelanggan, pasti lebih pilih yang cepat. Juga, jangkauan jaraknya lebih jauh," ungkap Konishi saat jumpa media sebelum gelaran Japan Mobility Show 2023, di Tokyo, Jepang (24/10/2023).

Konishi bilang, rencana Toyota, baterai solid state akan digunakan di rentang produk elektrifikasi. Tak cuma BEV alias mobil listrik saja. Tapi produk hybrid mereka, termasuk HEV dan PHEV juga bakal kebagian memakai baterai solid state.

"Awal pengenalan nanti untuk baterai solid state, tadi saya sebut pada 2027 - 2028 tidak cuma BEV, tapi juga PHEV dan HEV." ujarnya.

Meski sudah memberi target untuk produk baterai mereka, Toyota tetap belum menjelaskan seberapa berbeda dan signifikan perkembangan yang mereka lakukan.

Dibandingkan dengan hasil yang sudah ada sekarang, hanya disebut bakal lebih baik secara umum. Bagian-bagian pun masih dirahasiakan. Contohnya, metode untuk recycle baterai solid state yang habis masa pakainya.

Sebagai catatan, proses daur ulang baterai solid state saat ini masih jadi salah satu yang diriset oleh banyak pihak.

Pihak Toyota juga menilai baterai solid state saat ini belum optimal. Secara ongkos keseluruhan dinilai masih terlalu mahal. Sehingga belum digunakan pada kendaraan listrik.

"Saya pikir baterai solid state adalah game changer untuk masa depan. Tapi saat ini memang masih sangat mahal terkait biayanya," imbuh Konishi.

Makanya, selain solid state, Toyota juga mengembangkan baterai lain. Disebut baterai next generation yang juga akan terpasang di generasi baru kendaraan elektrik mereka mulai 2026.

Salah satunya adalah bipolar lithium-ion dengan fokus lebih pada performa tinggi. Menggabungkan struktur bipolar dengan nikel katoda tinggi.

Disebut bakal mencapai performa tinggi dari baterai kotak besutan Toyota nanti, dengan 10 persen peningkatan jarak tempuh, 10 persen pengurangan ongkos dan pengisian cepat 20 menit atau kurang. Baterai ini akan dipakai pada 2027-2028.

"Ini adalah salah satu solusi penting. Struktur bipolar lebih baik dari monopolar. Jarak tempuh, waktu pengisian lebih baik dan secara biaya jauh lebih murah dari solid state. Saat ini kami masih pakai monopolar dan ke depannya, target kami 2026 - 2027 untuk menggunakan bipolar. Jadi bipolar dulu, setahun kemudian solid state. " tutup Konishi.

 

2 dari 2 halaman

Kolaborasi dengan Idemitsu

Salah satu langkah Toyota untuk mengembangkan baterai solid state adalah kolaborasi dengan Idemitsu Kosan Co., Ltd. (Idemitsu). Idemitsu dan Toyota telah menandatangani perjanjian awal Oktober lalu.

Mereka bekerja sama mengembangkan teknologi produksi massal elektrolit padat, meningkatkan produktivitas dan membangun rantai pasokan, untuk mencapai produksi massal baterai solid state untuk BEV.

Melalui kolaborasi ini, kedua perusahaan berupaya memastikan keberhasilan komersialisasi pada 2027-2028.

Dengan pendekatan multi-pathway Toyota dan implementasi sosial Idemitsu di bidang energi dan material. Kombinasi keduanya   mendorong pengembangan BEV, sebagai opsi dalam  gerakan menuju netralitas karbon.

Idemitsu telah melakukan penelitian & pengembangan teknologi elemen untuk baterai solid state sejak 2001, sementara Toyota memulainya pada 2006.

Kolaborasi ini berfokus pada elektrolit padat sulfida, yang dipandang sebagai bahan yang menjanjikan untuk mencapai kapasitas dan keluaran tinggi untuk BEV.

Elektrolit padat sulfida memiliki ciri kelembutan dan daya rekat terhadap bahan lain, sehingga cocok untuk produksi massal baterai.

Sumber: Oto.com

Video Terkini