Sukses

Sejarah Awal Berdirinya Toyota Motor Corporation

Berawal dari hak paten perusahaan Inggris, Platt Brothers of Oldham, pada 1929 sebesar £100.000, telah memberikan Kiichiro Toyoda modal untuk mendanai proyek yang ia sukai yakni manufaktur mobil

Liputan6.com, Jakarta - Sakichi Toyoda menurunkan sifatnya yang berkeinginan untuk selalu bertransformasi kepada sang anak, Kiichiro Toyoda. Berawal dari hak paten perusahaan Inggris, Platt Brothers of Oldham, pada 1929 sebesar £100.000, telah memberikan Kiichiro Toyoda modal untuk mendanai proyek yang ia sukai yakni manufaktur mobil.

Keinginannya untuk mendiversifikasi bisnis pembuatan alat tenun keluarga Toyoda bertepatan dengan rencana pemerintah Jepang untuk mengembangkan industri otomotif dalam negeri. Kiichiro mendirikan divisi otomotif di Toyoda Automatic Loom Works pada 1933.

Tugas pertama divisi ini adalah menciptakan mesin baru berdasarkan mesin 6-inline Chevrolet Stovebolt. Saat reverse engineering mesin ini, tim Toyoda mampu melakukan perbaikan pada kepala silinder dan intake manifold, yang pada gilirannya menghasilkan tenaga lebih besar.

Pendekatan serupa dilakukan pada kendaraan prototipe pertama Toyoda Model A1 tahun 1935, yang sangat dipengaruhi oleh DeSoto Airflow.

Prototipe Toyoda berikutnya adalah truk Toyoda Model G1 tahun 1935 yang menggunakan mesin Tipe A baru dan sasis tangga Model A1 versi memanjang tetapi dengan bodi yang dirancang sendiri.

Truk ini secara historis penting sebagai kendaraan produksi Toyoda pertama serta juga pertama diekspor ke pasar luar negeri.

Keuntungan dari model ini mendorong pengembangan dan produksi selanjutnya dari sedan Toyoda Model AA dan bus Model DA.

Bisnis baru Toyoda berkembang pesat dan melampaui posisinya sebagai anak perusahaan. Pada April 1937, departemen otomotif Toyoda Automatic Loom Works secara resmi terdaftar sebagai Toyota Motor Company Limited (sekarang Toyota Motor Corporation).

 

2 dari 2 halaman

Kesulitan di Masa Perang

Koromo Plant adalah fasilitas produksi khusus Toyota pertama. Operasional dimulai pada November 1938, dengan staf sebanyak 5.000 orang dan kapasitas produksi 2.000 unit per bulan.

Meskipun tata letak dan alur kerja didasarkan pada fasilitas produksi skala besar di Amerika Serikat, Kiichiro menyederhanakan prosesnya dengan sistem produksi inovatif dan just-in-time yang menjadi landasan awal Toyota Production System.

Perekonomian Jepang pada masa perang mengalami kekurangan material yang parah sehingga pemerintah melarang produksi mobil penumpang. Selama masa pembatasan ini, perusahaan Toyota yang masih baru fokus pada penyediaan mobil dan truk untuk keperluan militer.

Menariknya, Kiichiro menjalankan proyek pribadi untuk mengembangkan baterai penyimpanan kendaraan listrik, mesin diesel, dan teknologi bahan bakar alternatif.

Sebuah langkah kecil yang saat ini telah menjadi The Next Big Things yang dijalankan oleh Toyota sebagai pioneer mobility company.