Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dan Indonesia akan membahas cara memajukan kemitraan mineral potensial yang bertujuan untuk merangsang perdagangan nikel logam baterai kendaraan listrik (EV), Senin (13/11/2023). Demikian disitat dari Reuters, berdasarkan tiga sumber yang mengetahui langsung percakapan tersebut.
Langkah selanjutnya, yang dapat menggerakkan negara-negara tersebut menuju negosiasi formal, akan dibahas ketika Presiden Indonesia, Joko Widodo mengunjungan Gedung Putih, bertemu dengan Presiden AS, Joe Biden, pada hari ini.
Pemerintahan Biden masih mengkhawatirkan standar lingkungan sosial, dan tata kelola di Indonesia, dan sedang mengkaji bagaimana kesepakatan tersebut bisa berjalan, ucap salah satu sumber.
Advertisement
Pemerintah Negeri Paman Sam juga berencana untuk konsultasi lebih lanjut dengan anggota parlemen dan kelompok buruh AS dalam beberapa pekan mendatang.
"Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kami dapat secara resmi mengumumkan perundingan mengenai kemitraan mineral penting," ujar sumber tersebut.
Sementara itu, pihak Gedung Putih sendiri tidak menanggapi permintaan komentar terkait isu tersebut.
Cadangan Nikel Indonesia
Indonesia, yang memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia, pada September meminta AS untuk memulai diskusi mengenai kesepakatan perdagangan mineral penting sehingga ekspor dari negara Asia Tenggara tersebut dapat tercakup dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA).
Sebagian besar nikel Indonesia diolah menjadi logam mentah, namun pemerintah ingin mengembangkan rantai pasokan kendaraan listrik untuk memanfaatkan cadangan nikel yang sangat besar, yang dapat diolah menjadi bahan baterai.
Advertisement