Liputan6.com, Jakarta - Isuzu D-Max terkena penarikan kembali untuk perbaikian atau recall terkait keselamatan di Australia. Disebut sebagai REC-005842 oleh Departemen Transportasi Australia, penarikan kembali yang dimaksud menyangkut 8.039 kendaraan yang diproduksi antara 2021 dan 2023.
Dilansir autoevolution, populasi D-Max yang terkena recall berkisar antara nomor identifikasi kendaraan MPATFS40JPG005458 dan nomor identifikasi kendaraan MPATFS40JNT003915.
Baca Juga
NIK yang diawali dengan M merujuk ke sejumlah negara. Dalam hal ini, Isuzu merakit model ini di Thailand, bukan di pasar domestik Jepang.
Advertisement
Pengawas Australia melaporkan, semua varian D-Max yang diproduksi untuk Australia antara 2021 dan 2023 terkena dampaknya. Pada 2022, Isuzu D-Max terjual sebanyak 24.336 unit di Australia.
Varian apa pun yang mungkin terkena dampaknya, Isuzu menginformasikan kepada pihak berwenang tentang selang bahan bakar yang dapat bergesekan dengan braket level oli mesin.
Jelas sekali, selang bahan bakar yang rusak dapat membocorkan solar ke sesuatu yang panas di ruang mesin, yang mengakibatkan kebakaran di bagian bawah mesin.
Pemilik disarankan untuk menghubungi departemen hubungan pelanggan Isuzu Ute Australia Pty Ltd untuk informasi lebih lanjut. Namun yang lebih penting, pemilik harus menghubungi dealer terdekat untuk menjadwalkan janji temu.
Teknisi servis Isuzu telah diinstruksikan untuk mengganti selang bahan bakar dan klip penahannya tanpa dikenakan biaya kepada pemilik.
Isuzu Siapkan Inovasi Truk Listrik
Isuzu Motors Jepang akan meluncurkan bisnis baru berbasis truk listrik baterai yang dapat diganti dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi waktu.
Dilansir Nikkei Asia, Isuzu berencana untuk mengembangkan truk listrik untuk pengiriman ke toko swalayan dan pengumpulan sampah. Truk ini bertujuan untuk memulai uji coba pada tahun 2025 dengan baterai yang dapat ditukar.
Truk listrik saat ini membutuhkan waktu sekitar 10 jam untuk mengisi ulang daya dan tidak dapat bersaing dengan truk diesel konvensional dalam hal efisiensi pengiriman.
Hanya sekitar 1,2 persen kendaraan komersial yang dijual secara global pada tahun 2021 adalah kendaraan listrik, termasuk kendaraan hibrida, menurut Yano Research Institute yang berbasis di Tokyo.
Sistem penukaran baterai diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kendaraan listrik seiring dengan semakin meluasnya penggunaan kendaraan listrik, yang berpotensi memainkan peran kunci dalam upaya dekarbonisasi.
Sistem seperti itu sudah dikembangkan untuk kendaraan komersial ringan. Honda Motor dan perusahaan logistik Jepang, Yamato Transport, pada bulan Oktober mengumumkan bahwa mereka akan memulai uji coba penggunaan mobil listrik komersial ringan dengan baterai yang dapat ditukar untuk pengiriman.
Baterai yang dapat ditukar juga menyebar di negara-negara seperti Cina dan India. Perusahaan rintisan mobil listrik asal Tiongkok, Nio, meningkatkan jumlah stasiun penukaran baterai di negara tersebut, serta memasang lebih banyak fasilitas pengisian ulang.
Advertisement