Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berambisi untuk menjadi salah satu pemain penting dalam ekosistem kendaraan listrik dunia. Berbekal nikel yang melimpah di Tanah Air, membuat negara ini percaya diri bisa jadi bagian rantai pasok global penting kendaraan listrik.
Namun, menurut Managing Director Energy Shift Institute Putra Adhiguna program hilirisasi nikel di Indonesia ternyata belum mampu menjadikan Indonesia berperan aktif dalam industri EV global pada 2024.
Baca Juga
"Energy Shift Institute memperkirakan tahun ini Indonesia hanya akan memiliki 10 gigawatt hour (GWh), atau kurang dari 0,4 persen kapasitas produksi baterai global 2.800 GWh," ujar Putra dalam keterangan tertulis, Senin (12/2/2024).
Advertisement
"Dengan kapasitas global diperkirakan meningkat dua kali lipat menuju 2030, sangat jelas Indonesia tertinggal jauh di belakang, meski produksi nikelnya meningkat lebih dari delapan kali lipat sejak 2015," tambahnya.
Putra menganggap, isu perihal pemasukan modal asing untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik kerap mengaburkan skala investasi yang sebenarnya untuk produksi baterai. Tersamarkan dalam angka investasi untuk produk setengah jadi.
"Kemajuan memang mulai terjadi dari bahan mentah menuju produk setengah jadi untuk industri baterai. Meski saat ini, sekitar tiga perempat ekspor nikel masih berkaitan dengan industri baja tahan karat," ungkapnya.
"Namun, ketika Indonesia perlahan merangkak naik dalam rantai pasok industri baterai dan KBLBB (kendaraan bermotor listrik berbasis baterai), perlombaan di antara negara-negara lain sudah berjalan kencang," tukasnya.
Tak Jadi Investasi, Tesla Tetap Ingin Beli Produk Turunan Nikel Indonesia
Rencana investasi Tesla di Indonesia hingga saat ini masih belum dapat kejelasan. Terburuk, pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat itu tidak jadi menanamkan modalnya di pasar otomotif Tanah Air.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, tidak pusing terkait janji Tesla ini yang ingin membangun pabrik dan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Pasalnya, Indonesia juga telah mendapatkan investasi dari salah satu raksasa mobil listrik asal China, BYD yang sudah mulai menjual dan bakal membangun ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri.
"Tesla? Kita sudah ada BYD kok, BYD juga tidak jelek, bagus. Kalau Tesla enggak mau datang, ya silahkan juga," jelas Luhut, di kantornya, beberapa waktu lalu.
Namun, Luhut juga menyebutkan, Tesla tetap akan membeli produk turunan nikel dari proyek smelter yang dikerjakan oleh PT Vale Indonesia di Sulawesi.
"Dia (Tesla) mau masuk nanti di Vale, yang di-joint dengan Ford, dia mau beli mungkin produk mereka itu,"Â
Advertisement