Sukses

Persaingan Sengit, Produksi Tesla di Tiongkok Melandai

Para pekerja di pabrik Tesla Shanghai, saat ini hanya memiliki lima hari jam kerja dalam sepekan. Jumlah tersebut, berkurang dari enam hari dalam sepekan, yang diterapkan sebelumnya

Liputan6.com, Jakarta - Permintaan di pasar kendaraan listrik di Tiongkok tengah berkurang, dan hal ini menjadikan salah satu perusahaan asal Amerika Serikat, Tesla menurunkan produksinya di fasilitas besarnya di Shanghai. Demikian laporan dari Arena EV, ditulis Senin (25/4/2024).

Dalam laporan tersebut, para pekerja di pabrik Tesla Shanghai, saat ini hanya memiliki lima hari jam kerja dalam sepekan. Jumlah tersebut, berkurang dari enam hari dalam sepekan, yang diterapkan sebelumnya.

Selain itu, dalam lini produksi tertentu, termasuk bengkel baterai juga mengalami penangguhan yang lebih lama, kata salah satu sumber orang dalam Tesla.

Sementara itu, Tesla juga mengisyaratkan, perlambatan produksi ini setidaknya akan berlangsung hingga April 2024.

Keputusan untuk memperlambat laju produksi Tesla ini, karena memang terjadi pergeseran industri yang lebih luas dalam pasar kendaraan listrik Tiongkok yang tengah berkembang.

Meskipun sektor kendaraan energi baru atau NEV di Tiongkok masih tumbuh dengan baik, namun pergerakannya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Tidak hanya itu, Tesla kini juga menghadapi semakin banyak pesaing lokal, seperti BYD, Nio, dan Xpeng yang secara agresif mengejar pertumbuhan penjualannya.

Pabrik Tesla di Shanghai sendiri, merupakan pusat produksi dan ekspor yang penting bagi perusahaan Negeri Paman Sam tersebut dengan kapasitas produksi tahunan lebih dari 950 ribu unit mobil.

2 dari 2 halaman

Tesla Makin Dekat Buka Pabrik Mobil Listrik di Thailand

Pembuat mobil listrik Tesla tengah dalam proses pembicaraan dengan pemerintah Thailand, untuk rencana pembangunan fasilitas produksi di negara tersebut. Bahkan, jenama mobil listrik asal Amerika Serikat ini sudah melakukan survei lokasi pada akhir tahun lalu.

Hal itu diungkapkan salah seorang pejabat dari kantor Perdana Menteri Thailand, Supakorn Congsomjit, dikutip dari Reuters, Senin (4/3/2024).

Pemerintah Thailand sendiri telah menawarkan Tesla 100 persen energi ramah lingkungan untuk menjalankan fasilitas yang dapat memproduksi kendaraan listrik atau baterai.

Pembicaraan antara Tesla dan Pemerintah Thailand, merupakan kelanjutan dari rencana investasi produsen Negeri Paman Sam, yang telah diungkap oleh Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, pada Desember 2023.