Sukses

Suzuki Indonesia Tegaskan Belum Ada Mandat untuk Produksi Lokal Jimny

Sport utility vehicle (SUV) legendaris Suzuki Jimny cukup laris manis di pasar Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Sport utility vehicle (SUV) legendaris Suzuki Jimny cukup laris manis di pasar Indonesia. Bahkan, selama pameran IIMS 2024 lalu, model ikonik pabrikan berlambang 'S' ini meraup ratusan surat pemesanan kendaraan (SPK).

Meski pencapaian penjualannya cukup positif, Suzuki Jimny belum masuk dalam daftar model yang bakal diproduksi di dalam negeri.

"Indonesia ini kan ditunjuk untuk membuat kendaraan terutama yang tiga baris, kendaraan keluarga. Nah, itu memang sudah didesain seperti itu, dan kita juga walaupun secara model itu bukan seperti tadi Jimny, tapi kita punya produk andalan lain yang kita juga ekspor juga, jadi tidak hanya dijual di Indonesia," jelas Strategic Planning Dept. Head PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Joshi Prasetya saat ditemui di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/3/2024) malam.

Untuk diketahui, Suzuki Jimny 5 pintu yang dijual di Indonesia didatangkan langsung secara utuh alias CBU dari India.

Peluang untuk memproduksi Suzuki Jimny secara lokal sebenarnya terbuka. Asalkan mampu memenuhi skala ekonomi alias bisa menjual dalam jumlah yang sudah ditentukan.

"Biasanya ya kalau berhitung secara umum itu ada kisaran 4.000 sampai 5.000 unit kapasitas untuk bisa masuk (produksi lokal). Karena semua itu akan dihitung mundur, berapa besar investasi yang harus ditanggung di awal masuk dalam desain pabrik," tegas Joshi.

2 dari 2 halaman

Penjualan normal

Sementara itu, untuk kesempatan Suzuki Jimny, terutama yang lima pintu bisa diproduksi di Indonesia, pihak pabrikan asal Jepang ini memang belum bisa berbicara banyak atau lebih detail. Termasuk juga, jumlah penjualan yang sudah cukup tinggi saat sebelum dan awal peluncuran.

"Ini masih masuk 3-4 bulan, kita masih melihat titik minat dari masyarakat biasanya tuh ya kembali lagi secara umum. Mungkin setelah launching dalam beberapa bulan pertama permintaan naik, karena memang euforia tinggi. Tapi kemudian, akan masuk ke dalam titik yang kita mungkin bisa bilang realistik, di situ kan muncul angka itu (penjualan normal)," tukas Joshi.