Liputan6.com, Jakarta - Jepang akan memberikan lebih banyak subsidi untuk produksi baterai kendaraan listrik, dan menjanjikan dukungan sebanyak US$ 2,4 miliar untuk proyek terkait Toyota Motor, dan perusahaan besar lainnya. Hal tersebut, seiring upayannya untuk memperkuat rantai pasokannya baterainya.
Dikutip dari Reuters, pemerintah Jepang akan mendukung 12 proyek untuk baterai penyimpanan atau suku cadang, material, atau peralatan produksi hingga US$ 2,44 miliar.
Baca Juga
"Kami berharap upaya ini akan memperkuat rantai pasokan baterai penyimpanan Jepang, dan daya saing industri baterai penyimpanan," ujar Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Ken Saito.
Advertisement
Langkah ini akan membantu memperluas kapasitas produksi tahunan baterai penyimpanan negara itu sekitar 50 persen menjadi 120 gigawatt-jam (GWh), dari 80 GWh.
Dukungan pemerintah termasuk dukungan investasi oleh Toyota, Nissan Motor, dan proyek bersama yang dilakukan oleh Panasonic Holdings, Subaru, dan Mazda Motor.
Selain itu, bantuan terbaru, juga baru muncul setelah pemerintah menjanjikan subsidi hampir US$ 1 miliar untuk produksi baterai penyimpanan pada Juni tahun lalu, dan subsidi tahap pertama pada April 2023.
Â
Jaga Pertumbuhan Penjualan, Kendaraan Listrik Harus Diproduksi di Indonesia
Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) meyakini pasar kendaraan listrik akan terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Dengan banyaknya pabrikan baru yang muncul, dan juga membawa banyak model anyar memberikan pilihan yang beragam bagi konsumen.
Sekretaris Jenderal Periklindo, Tenggono Chuandra Phoa mengatakan, laju penjualan kendaraan listrik sudah sekitar ratusan persen, dari tahun ke tahun. Kondisi tersebut, tentunya cukup tinggi, bagi segmen yang memang baru masuk ke pasar Tanah Air.
"Antusias dari pembeli konsumen terhadap EV sangat besar. Terlebih lagi ini EV baru masuk dua tahun dan penjualan cukup bagus," jelas Tenggono, saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Lebih lanjut, tenggono juga mengatakan, momen pertumbuhan penjualan kendaraan listrik ini perlu dijaga, dengan membutuhkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Salah satunya, adalah pemerintah mensosialisasikan kebijakannya kepada masyarakat dan pemain otomotif yang berinvestasi untuk pembangunan pabrik CKD di Tanah Air.
"Kita butuh industri yang lebih kuat untuk pertumbuhan kendaraan listrik tanah air, yaitu produksi di Indonesia," tegasnya.
Sementara itu, Periklindo sendiri mendukung target pemerintah yang menginginkan Indonesia mencapai produksi sebanyak 600 ribu unit mobil listrik pada 2030.
"EV ini baru dua tahun, seperti Wuling dalam satu tahun dia sudah memproduksi EV sekitar 20.000 unit, sementara BYD masih impor (CBU) dan baru menyerahkan kendaraannya bulan lalu. Merek lain juga tidak terlalu besar kapasitasnya," tukasnya.
Advertisement