Sukses

Buntut Kenaikan Tarif di Eropa, Pabrikan Jerman Khawatir China akan Kenakan Tarif Tinggi

Berlakunya kenaikan tarif impor kendaraan China di Eropa memicu kekhawatiran sejumlah produsen Jerman. Sebab hal itu akan menimbulkan konflik perang dagang dan bisa berdampak pada konsumen.

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Uni Eropa memberlakukan tarif pajak untuk barang impor China hingga 45 persen ternyata menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah pabrikan otomotif Eropa yang terlibat dengan produk tersebut. 

Alasan berlakunya kenaikan tarif pajak itu bertujuan untuk melindungi produsen Eropa. Namun hal ini bisa jadi bumerang bagi Uni Eropa jika China menerapkan cara yang sama, sehingga dapat menyebabkan polemik baru bagi pasar otomotif global.  

Rencana tarif tersebut berlaku mulai 31 Oktober mendatang. Penerapan itu disebabkan buntut investigasi Uni Eropa yang menyimpulkan produsen Tiongkok mendapatkan subsidi dari pemerintah dengan jumlah besar untuk industri EV di Eropa.  

keputusan ini memicu potensi perang dagang antara Tiongkok dengan Uni Eropa. Negeri Tirai Bambu itu bisa menggunakan cara yang sama dengan menaikan tarif untuk barang-barang Eropa di Tiongkok. 

Salah satu produsen otomotif yang sudah menempatkan banyak bisnis di Tiongkok adalah Volkswagen. Jenama asal Jerman itu sudah menjalankan hampir 40 pabrik di China.

Mayoritas pabrik menghasilkan produk jadi dan sejumlah komponen otomotif untuk pasar Eropa. 

Kemungkinan China akan menerapkan kenaikan tarif untuk barang Eropa. Sehingga hal itu membuat persaingan harga di pasar global mengalami tumpang tindih dibandingkan kendaraan listrik yang di produksi di dalam Eropa.

Memprediksi hal ini, Volkswagen sudah menurunkan permintaan untuk model listriknya. 

 

2 dari 3 halaman

Kekhawatiran Sejumlah Produsen Eropa Terhadap Kebijakan UE

Produsen jerman lainnya, BMW merespon hal yang sama terkait kenaikan tarif China. CEO BMW, Oliver Zipse menyebut kenaikan tarif impor China bisa menjadi keputusan yang fatal bagi industri otomotif Eropa.

Hal itu juga bisa memantik konflik perdagangan otomotif yang tidak menguntungkan siapapun. 

Dirinya mendesak Uni Eropa untuk segera mencari solusi agar masalah besar terkait perang dagang otomoif segera diselesaikan.  

Disisi lain, perusahaan otomotif, Geely menyatakan rasa kecewa yang besar terkait keputusan Uni Eropa memberlakukan kenaikan tarif bagi kendaraan China.

Jenama asal China itu mengatakan bahwa kenaikan tarif tersebut akan merugikan konsumen Eropa dan bisa merembet ke masalah lainnya.

Sementara itu, anak perusahaan SAIC, MG Motor France menyatakan bahwa tarif kenaikan itu akan memperlambat transisi kendaraan listrik di Prancis.

Namun, perusahaan itu telah berjanji tidak akan menaikan tarif pajak hingga 2024. Tetapi untuk jangka panjang belum ada kepastian. 

 

3 dari 3 halaman

Respon Pejabat Eropa Terkait Keputusan UE

Beberapa pejabat Eropa mengapresiasi keputusan yang dibuat UE untuk menekan kendaraan listrik China di pasar Eropa. Keputusan ini juga berdalih untuk melindungi produsen dalam negeri di pasar Eropa.

Namun sebagian pejabat juga mengkhawatirkan dampak yang akan terjadi. President of Germany's automotive lobby group, Hildegard mueller, memperingati bahwa tarif kenaikan tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi konsumen di Eropa dan dapat menimbulkan perang dagang antara China dan Uni Eropa. 

Di tengah masalah ini, situasi kompleks juga muncul karena banyak kendaraan listrik Eropa yang diproduksi di China. Hal ini menimbulkan potensi kenaikan harga terhadap kendaraan listrik merek Eropa.

Situasi ini bisa membuat konsumen di Tiongkok  berasumsi harga yang ditetapkan merek Eropa mengalami kenaikan, sebab mereka harus membayar lebih mahal.  

Seiring mendekati penentuan tarif pajak Tiongkok, terus terjadi upaya negosiasi antara UE dan China. Hasil negosiasi ini tentu akan berdampak signifikan pada pasar kendaraan listrik Eropa dan keterjangkauan harga mobil listrik bagi konsumen.