Liputan6.com, Jakarta - Malaysia berharap menjadi pusat produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara, melihat potensi besar berkat pengalamannya selama 40 tahun dalam pembuatan mobil sejak 1983 dan industri semikonduktor yang kuat. Hal tersebut, disampaikan oleh Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Internasional (MITI) Liew Chin Tong, disitat dari The Edge, dilansir Paultan, Rabu (13/11/2024).
Mengutip pernyataan dari sang pejabat negara tersebut, Malaysia bermaksud untuk mendorong integrasi yang lebih besar antara sektor otomotif dan semikonduktornya, dengan tujuan menjadi pusat utama untuk chip kelas otomotif.
Baca Juga
Meski Nonprosedural, Menteri Karding Minta Jajaran Bantu Kembalikan Dokumen Mila Pekerja Migran Indonesia
3 Bintang Malaysia Siap Warnai Industri Musik Indonesia: Alyssa Dezek, Amir Jahari dan Ryenald Guntabid Muncul Bukan untuk Bersaing
Timnas Basket Putra Indonesia Uji Coba Lawan Malaysia Select Team dan Timnas Singapura
"Malaysia adalah tempat yang sangat menarik, kami adalah eksportir produk semikonduktor terbesar keenam di dunia. Meskipun kami mungkin tidak memiliki merek lokal, kami memainkan peran yang sangat besar terutama di sektor backend," ujar Liews, saat peluncuran pameran E-Mobility Asia kemarin.
Advertisement
Liew mengatakan, bahwa selama kunjungannya ke Detroit tahun lalu, ia diberi informasi oleh Menteri Perdagangan AS, Gina M Raimondo, bahwa pabrik otomotif di daerah tersebut terpaksa tutup karena Malaysia menerapkan Perintah Kontrol Pergerakan (MCO) selama pandemi Covid-19.
"Hal ini karena chip yang mereka andalkan berasal dari Malaysia dan beberapa perusahaan semikonduktor di Malaysia berkontribusi besar dalam chip otomotif global. Oleh karena itu, ketika berbicara tentang industri otomotif, terutama elektrifikasi mobilitas, penting bagi kita untuk tidak bekerja sendiri-sendiri atau hanya berfokus pada vertikal tertentu," tegasnya.
"Saya ingin melihat industri ini saling bersilangan secara horizontal, mendorong terciptanya produk baru, desain sirkuit terpadu, dan chip otomotif yang merupakan produk kebanggaan Malaysia. Ini akan memungkinkan kita tidak hanya mengekspor suku cadang otomotif, tetapi juga chip otomotif," tambah Liew.
Mobilitas Listrik
Liew mengatakan, Malaysia juga bermaksud mengurangi konsumsi minyak bumi negara itu dengan beralih ke mobilitas bertenaga listrik.
"Jika Anda bertanya-tanya, kebanyakan orang akan berpikir bahwa negara ini adalah pengekspor minyak bumi, yang tidak benar. Kami adala pengimpor minyak bumi terbesar ke-21," tukasnya.
Sementara itu, Malaysia juga menyebutkan siap untuk mencapai target pemerintah untuk kendaraan listrik, guna mencapai 20 persen dari total volume industri (TIV) pada 2030, 50 persen pada 2040, dan 80 persen pada 2050.
"Meskipun terlihat ambisius, terutama karena kita memulai dari basis yang rendah, Prospek EV Global tahunan Badan Energi Internasional menyoroti beberapa tren utama, EV hanya mencapai 2 persen dari TIV secara global pada 2018," pungkasnya.
Advertisement