Sukses

Pengamat Nilai Suara Anak Muda Jadi Penentu pada Pemilu 2024, Harap Bisa Jadi Agen Perubahan

Pada Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 mendatang, pemilih dari anak muda mencapai 55 persen dan mereka pun jadi penentu utama dalam kontentasi pemilihan kali ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 mendatang, pemilih dari anak muda mencapai 55 persen dan mereka pun jadi penentu utama dalam kontentasi pemilihan kali ini.

Data itu berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2023. Jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 278,70 juta jiwa, hampir 55 persen merupakan anak muda dan ini merupakan gelombang besar dan sejarah Pemilu Indonesia. Hal tersebut terungkap dalam webinar bertajuk 'Suara Muda, Suara Penentu' yang diselenggarakan oleh Apahabar Community yang berlangsung, Selasa (31/10/2023).

Menurut Pengamat Komunikasi Universitas Gadja Mada, Nyarwi Ahmad, sejauh ini anak muda berpotensi menjadi penentu Pemilu 2024, namun mereka harus menjaga momen tersebut agar tidak hanya dimanfaatkan oleh elite dan partai tertentu.

"Sjauh ini banyak partai yang mengatasnamakan anak muda, dengan menggalang isu-isu terkait anak muda namun sebenarnya kurang menyentuh anak muda secara langsung," ujar Nyarwi yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Selasa (31/10/2023).

"Misalkan di media sosial. Bila kita tracking isu anak mudanya seputar Gibran. Sangat minim menemukan voice tentang anak muda yang kuat berkaitan dengan suara mereka tentang politik," sambung dia dalam webinar yang diselenggarakan Apahabar Community itu.

Oleh karena itu, Nyarwi mengajak anak muda untuk menjaga momen Pemilu 2024 dengan sadar akan posisi mereka agar benar-benar mamanfaatkan kekuatannya dalam menentukan pemimpin terbaik untuk kemajuan negeri.

"Saya berpikir kalau anak muda tidak memanfaatkan Pemilu kali ini, akan sangat disayangkan, karena tidak menjadi momentum bagi mereka. Perlu menghadirkan anak muda yang punya privilege tertentu dan hadir dalam Pemilu, ini menjadi momen mereka," jelas Nyarwi.

 

2 dari 3 halaman

Anak Muda Dinilai Tak Punya Perhatian Lebih pada Isu Politik

Dalam diskusi oleh Apahabar community tersebut, Influencer Ratu Lubis sebagai salah satu narasumber mengungkapkan, tidak banyak anak muda yang punya perhatian lebih pada masalah dan isu politik karena mereka sudah apatis dan skeptis.

"Ada dua hal yang membuat politik tidak menarik untuk anak muda yakni skeptis dan apatis. Aku merasa generasi aku itu, skeptis karena siapapun pemimpinnya negara ini akan begitu-begitu saja. Itu adalah masalah yang kompleks dan muncul karena kondisi saat ini," ucap dia.

Ratu juga melihat ketidak pedulian anak muda karena mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa suara anak muda nantinya bisa ikut menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.

"Dari sikap skeptis melihat kondisi itu lahirlah sikap apatis, apakah suara kita akan membawa perubahan yang berarti untuk bangsa. Padahal memang dari orang tua aku mengarahkan agar aku menggunakan hakku. Mau milih siapa saja Oke tapi golput bukan pilihan," tegas Ratu.

 

3 dari 3 halaman

Anak Muda Bisa Jadi Agen Perubahan

Kemudian, Pengamat Politik Ujang Komarudin memandang optimis suara anak muda ke depan bisa menjadi sebuah lokomotif perubahan, dengan menempatkan perspektif mereka pada titik bahwa mereka bisa menjadi bagian dari perubahan negeri.

"Ujang muda saat itu berpikir tidak ada persoalan bangsa ini yang tuntas. Dalam pergumulan saya saatkuliah politik di UIN, S1, S2. Saya ingin tahu kenapa anak muda anti terhadap politik. Lalu saya temukan bahwa harus berkontribusi bagi bangsa ini, lewat berbagai aspek salah satunya melalui politik," kata Ujang.

Untuk itu, Ujang berpesan kepada kaum muda agar tidak apatis dengan politik karena dengan langkah itu, perubahan bisa tercapai.

"Bisa kok kita berkontribusi melalui politik. Cuman kesadaran itu belum ada. Nah itu yang harus kita bangun. Ngapaian rebahan, mager, nongkrong. Kita harus membangun perspektif yang baru bahwa kita anak muda yang potensial dibutuhkan bangsa ini untuk berkontribusi bagi bangsa,jika tidak maka yang akan mengisi ruang itu adalah anaknya ketua DPR, anak pejabat, anaknya Bupati saja," tukasnya.