Liputan6.com, Surabaya - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah memastikan Pilkada serentak di Kota Surabaya ditunda hingga 2017. Sebab, kota tersebut hanya menyediakan satu bakal calon Walikota dan Wakil Walikota. Keputusan ini telah tertulis dalam Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2015 yang menyebutkan, Kota Surabaya akan mengikuti Pilkada serentak gelombang kedua.
Tak ayal, keputusan KPU itu membuat pasangan petahana Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana, yang didukung penuh oleh PDIP dan Partai Nasdem, gigit jari.
Padahal, partai-partai di luar PDIP dan Nasdem yang menamakan diri Koalisi Majapahit, sudah sesumbar membawa lawan untuk pasangan Risma-Whisnu. Namun hingga detik terakhi,r lawan Risma-Whisnu tak tampak batang hidungnya untuk menandatangani formulir pendaftaran di KPUD.
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menjelaskan, telah bertemu dengan Ketua DPD Partai Demokrat Soekarwo atau akrab disapa Pakde Karwo. Menurut dia, pembicaraan itu sudah sepakat bahwa PAN dan PD bekerja sama.
"Kami dan Pakde Karwo sepakat kita harus maju cari yang terbaik. Kemudian Sabtu 1 Agustus 2015, saya instruksikan DPP PAN kirim rekomendasi mendukung. Dari PAN itu Dhimam Abror. Pakde Karwo bawa Haris Purwoko. Itu usulan kita," ujar Zulkifli di Gedung DPR RI, Jakarta.
Zulkifli pun menjelaskan, kedua pasangan itu telah datang. Namun, saat Haris beranjak ke toilet, sampai penutupan pendaftaran yang bersangkutan tidak balik lagi.
"Saat mendaftar di KPU dua-duanya datang. Tapi saat wakilnya terima telepon izin ke kamar mandi, dia enggak balik lagi. Kita marah juga. Kita nunggu. Enggak tahu dapat ancaman atau apa, hingga akhirnya tidak datang," ungkap Zulkifli.
Berbeda lagi dengan PKB. Partai yang memilih berseberangan dengan PAN dan Partai Demokrat menyatakan akan bekerja sama dengan Partai Gerindra untuk mengusung bakal pasangan calon. Rencananya, PKB akan mengusung Ketua DPC PKB Surabaya Syamsul Arifin. Tapi, kendala datang dari Gerindra. Partai besutan Prabowo Subianto itu tak juga memberikan nama.
Karena itu, Bambang menolak partainya disebut takut menghadapi Risma. Dia menegaskan, semua ini adalah kesalahan dari Gerindra.
Saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (5/8/2015), Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan, dalam memberikan rekomendasi perlu prosedur dan tidak asal.
Sufmi pun menuturkan, pihaknya bukan sekadar omong kosong dan disalahkan. Sebab, dia harus mengalkulasikan semuanya.
"Kita tidak perhitungkan untung rugi saja. Ada kalkulasinya. Itu proses rekomendasinya berdasarkan kalkulasi. Enggak bisa nyalah-nyalahin. Kita tidak bisa asal maju. Harus lihat perhitungan," pungkas Sufmi. (Sun/Mvi)
Pilkada Surabaya Ditunda, Partai Pesaing Risma Berkelit
Zulkifli menjelaskan, kedua pasangan telah datang. Tapi saat Haris beranjak ke toilet, sampai penutupan pendaftaran dia tidak muncul lagi.
Advertisement