Sukses

Cerita Ketua KPU Kota Semarang 'Terteror ' Kaos Kaki

Cerita tentang kaos kaki itu bermula saat Henry terburu-buru sarapan pagi bersama keluarga.

Liputan6.com, Semarang - Pelaksanaan pilkada serentak tinggal 6 hari. Suhu politik di Semarang, Jawa Tengah, pun sudah mulai memanas. Bukan hanya para pendukung calon saja yang gerah, Ketua KPU Semarang Henry Wahyono juga sempat terkena 'teror'.

Bedanya, teror yang dialami Henry Wahyono ini tak membuatnya takut. Teror itu berupa bau kaos kaki yang menyengat. Meski tidak membahayakan jiwa namun 'aromanya' cukup mengganggu.

Cerita tentang kaos kaki itu bermula saat Henry terburu-buru sarapan pagi bersama keluarga. Lantaran dikejar tugas, Henry langsung mengantongi kaos kaki yang disiapkan.

"Pernah karena suatu sebab, kami sarapan dengan buru-buru. Sepatu dan kaos kaki juga sudah disiapkan, namun karena buru-buru, kaos kaki saya kantongi," kata Henry, Semarang, Kamis (3/12/2015).

Kisah tak berhenti di situ. Usai rapat internal, ia menunaikkan salat zuhur. Ketika hendak mengenakan kaos kaki, tiba-tiba ia dikabari harus rapat dengan Muspida, maka lagi-lagi kaos kaki itu dikantongi.

"Saat rapat, saya sungguh tak nyaman. Saya berpikir ada peserta rapat yang kaos kakinya bau. Ternyata saat hendak mengambil catatan di kantong, tangan saya memegang sesuatu yang empuk. Baru sadar kalau masih mengantongi kaos kaki," kata Henry.

Akhirnya sampai rapat selesai, kaos kaki itu tetap bermukim di kantongnya. Ia menahan diri agar 'aroma' kaos kaki itu tidak menyebar.

"Mudah-mudahan hanya saya yang mencium bau kaos kaki itu," ujar Henry.

Waktu Sambutan Habis

Henry juga memiliki kebiasaan melantunkan pantun saat memberikan sambutan pada acara debat kandidat pasangan Pilkada. Saat acara debat kedua berlangsung, ia tak lupa menyiapkan pantun yang tercatat di gadgednya berbentuk tablet. Lantaran dianggap mengganggu penampilan, gadged itu pun dititipkan ke bagian stafnya.

"Pas giliran mau memberi sambutan, saya lari ambil gadged. Celakanya layar (di gadget) sudah digeser oleh staf. Jadi harus scroll lagi (cari pantun). Parahnya, saat ketemu waktu sambutan sudah habis," kenang Henry.

Namun di balik kisah-kisah unik itu, Henry dikenal memiliki integritas tinggi dan sangat memahami seluk beluk pemilu. Jika mendekati hari H, nyaris seluruh waktunya habis untuk bekerja. Ia monitor langsung semuanya hingga tingkat KPPS.