Liputan6.com, Semarang - Praktik politik uang diprediksi tak akan laku di pemilihan Wali Kota Semarang pada pilkada besok. Sebab mayoritas pemilih telah memiliki pendirian kuat terhadap calon pilihannya sehingga kecil kemungkinan berubah halauan.
Prediksi itu didapat dari penelitian yang dilakukan Indobarometer yang berlangsung November 2015.
Indobarometer menemukan 69,5 persen responden telah memiliki pilihan tetap. Pemilih yang masih mungkin mengubah pilihan hanya 17,5 persen, sementara ragu-ragu 4,5 persen, dan tidak tahu 8,5 persen.
Survei ini dilakukan dengan teknik wawancara tatap muka dengan 400 responden. Sementara margin error sebesar 5 persen.
Dari survei ini juga terungkap Semarang sudah memiliki kesadaran politik cukup tinggi, sehingga pelaku politik uang justru akan terancam dibongkar.
Baca Juga
Politik uang tidak akan mempan karena 49,8 persen responden menyatakan akan menerima uang serangan fajar, namun tidak memilih calon yang memberi uang.
Advertisement
Kelompok ini diperkuat dengan pihak yang dengan tegas menolak uang politik sebanyak 22 persen. Sedangkan responden yang akan menerima uang dan memilih hanya 26 persen.
Indobarometer memprediksi pasangan Hendrar Prihadi (Hendi)-Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita) memenangkan kontestasi pemilihan Wali Kota Semarang 2015 dengan selisih cukup tinggi, yakni 50,5 persen. Pasangan ini memiliki pemilih loyal sebesar 41 persen.
Kemudian pasangan Soemarmo-Zuber Safawi ditempatkan sebagai unggulan kedua, dengan mengumpulkan 17,8 persen responden. Elektabilitas Soemarmo masih tinggi meski pernah dipenjara karena korupsi.
Baca Juga
Hal itu disebabkan adanya pandangan, calon yang diinginkan adalah calon yang merakyat. Sementara isu antikorupsi menjadi pertimbangan berikutnya.
Pasangan Sigit Ibnugroho Sarasprono-Agus Sutyoso mendapatkan 12,3 persen suara dengan pemilih loyal 9,3 persen.
Kata Pengamat
Pengamat politik Universitas Diponegoro Teguh Yuwono, mengatakan mayoritas masyarakat Semarang sudah punya pilihan yang rasional.
"Semarang sudah rasional, mereka menerima uangnya, tapi pilihannya urusan mereka sendiri. Uang tidak bisa mendikte orang untuk memilih," kata Teguh, Senin 7 Desember 2015.
Hal senada disampaikan pengamat politik lainnya, M Yulianto. Menurut dia, sebenarnya prosentase masyarakat yang menginginkan diberi uang tinggal 6,8 persen. Karena masyarakat lebih mengutamakan melihat visi dan misi pasangan calon. Meski begitu, politik uang menurutnya tetap harus diwaspadai.
Sementara itu calon Wali Kota Hendrar Prihadi tidak bersedia mengomentari hasil survei yang mengunggulkan dirinya. Ia hanya menyebut bahwa saat ini masyarakat sudah tidak terpengaruh dengan 'black campaign' baik itu selebaran ataupun pesan singkat.
"Kita semua ingin Semarang tetap aman dan kondusif, mari jaga bersama," kata Hendi.