Liputan6.com, Jakarta - Direktur Konsep Indonesia (Konsepindo) Veri Muhlis Arifuzzaman memaparkan hasil survei lembaganya terkait Pilkada DKI Jakarta 2017. Hasilnya menunjukkan tingkat keterpilihan atau elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Ahok masih tertinggi.
Veri mengatakan, jika disimulasi dengan pertanyaan khusus menggunakan empat nama bakal calon Gubernur, para responden menjawab jika Pilkada dilakukan saat ini maka yang akan memilih Ahok sebesar 37,1 persen sampai dengan 44,8 persen.
Sedangkan menempel di bawah Ahok, yakni bakal calon Yusril Ihza Mahendra dengan 21 persen sampai dengan 25,5 persen. Sementara pada peringkat ketiga diduduki Tri Rismaharini dengan perolehan 6,3 persen sampai 13,5 persen.
"Itu kalau disurvei dengan hanya empat kandidat bakal calon Gubernur," kata Veri di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (10/5/2016).
Dengan hasil survei ini, jelas dia, menunjukkan elektabilitas Ahok dibayang-bayangi Yusril.
"Ahok menang tapi suaranya tak terpaut jauh, masih ada suara yang bisa diperebutkan di putaran kedua. Itu kalau Pilkada dilakukan sekarang akan terjadi dua putaran karena kurang dari 50 pesen suaranya. Head to head Ahok dengan Yusril," ujar Veri.
Survei ini dimaksudkan untuk menguji konsistensi pilihan politik para pemilih terhadap nama-nama bakal calon Gubernur yang telah beredar selama ini. Yakni dengan mengukur keterpilihan kandidat melalui aspek dimensi sosiografi dengan menggunakan metode multi stage random sampling yang dilakukan 24 April 2016 hingga 4 Mei 2016.
Populasi survei adalah seluruh warga DKI Jakarta yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah sampel 620 responden, dengan margin of error kurang lebih 4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca Juga
Ahok Belum Aman
Dalam kesempatan yang sama, peneliti Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan, meski merajai berbagai survei terkait Pilkada DKI Jakarta 2017, Ahok belum tentu aman. Akan ada banyak peristiwa politik jelang Pilkada DKI Jakarta yang akan digelar pada Februari 2017 mendatang.
Menurut dia, saat ini Ahok memiliki banyak keuntungan sebagai incumbent. Antara lain memiliki akses, fasilitas, dan networking yang kuat. Tetapi semua itu tergantung peristiwa politik jelang hari H pencoblosan Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Jadi calon incumbent itu gampang-gampang susah, meski angka survei selalu paling tinggi. Akan ada banyak event politik sampai ke Februari 2017," kata Siti.
Meski banyak kelebihan, Siti berujar, pekerjaan berat incumbent adalah menyakinkan masyarakat jika ‎apa yang telah dikerjakan baik kemudian diterima masyarakat. Kegagalan incumbent dalam Pilkada DKI pernah dialami Fauzi Bowo pada Pilkada DKI 2012.
‎"Pak Fauzi Bowo itu kuat di ormas, masjid seluruh Jakarta ia kuasai tetapi tidak menang. Karena ada serangkaian peristiwa politik jelang pilkada 2012 yang tidak diprediksi," Siti menandaskan.