Liputan6.com, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDIP Ahmad Basarah menegaskan, partainya tidak akan pernah mendukung calon independen atau perseorangan pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Namun, partainya tetap menghormati proses yang menjadi ketetapan negara untuk melaju dalam pilkada.
"Kami menerima dan memproses semuanya. Kita tetap konsisten, kita tidak mungkin mendukung calon perseorangan," ujar Basarah di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 21 Juli 2016.
Dia optimistis hasil survei seperti dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tidak akan menggoyahkan pendirian PDIP. Pada survei SMRC, terungkap elektabilitas Ahok masih tinggi hingga mencapai 53,4 persen.
Satu-satunya bakal calon Gubernur DKI Jakarta yang pernah menyatakan maju dalam Pilkada 2017 adalah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Satu yang perlu saya tegaskan, PDIP tidak akan tergoda hasil survei apapun," ujar Basarah.
PDIP tidak akan menyerahkan 28 kursi di DPRD DKI hanya untuk calon perseorangan menjadi salah satu alasannya.
"Kita tidak mungkin menyerahkan 28 kursi PDIP di DPRD kepada orang luar partai. Kami akan tetap konsisten. Kami akan tetap istikamah bahwa kami tidak mungkin mendukung calon perseorangan," kata Basarah.
Dia pun menjelaskan, PDIP memiliki tiga simulasi untuk Pilkada DKI Jakarta 2017. Pertama, PDIP mendukung calon gubernur dan wakil gubernur dari internal partai.
"Simulasi yang kedua adalah mendukung calon gubernur dari internal dan calon wakil gubernur dari eksternal," ucap anggota Komisi III DPR itu.
Ketiga, lanjut dia, PDIP akan mendukung calon gubernur dari eksternal dan calon wakil gubernur dari internal partai.
"Yang tidak ada dalam simulasi kami adalah mendukung perseorangan," pungkas Basarah.
Sebelumnya, SMRC merilis hasil surveinya yang dilakukan kepada 646 responden mengenai calon kuat untuk maju DKI 1. Elektabilitas Ahok masih tetap yang tertinggi.
"Dalam simulasi semi terbuka (responden diberi daftar 22 nama tokoh), Ahok tetap tinggi 53,4 persen. Lalu diikuti oleh Yusril Ihza Mahendra, Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, dan Yusuf Mansyur. Sedangkan yang tidak tahu menjadi hanya 9,4 persen," papar Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas.