Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan dirinya menolak untuk dijadikan sebagai juru kampanye (jurkam) pasangan bakal calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wakilnya Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDIP dalam Pilkada 2017.
"Saya sudah sampaikan untuk tidak jadi jurkam di Jakarta, dan itu enggak bagus untuk semua saja kalau saya jadi jurkam. Itu misalkan ada kepala daerah yang bagus, nah dia yang kedua. Karena saya rasa warganya sudah mulai merasakan, maka kemudian saya sanggup untuk itu," kata Risma usai menghadiri Ngamen Anti Korupsi di Stasiun Gubeng Surabaya, Jumat, 23 September 2016.
Risma juga mengakui dirinya tidak pandai dalam berkampanye. "Saya lihat ada yang bagus ingin terus dan saya juga waktu di Aceh saya ajari," kata dia.
Baca Juga
Risma mengatakan dirinya hanya bisa memberi motivasi dan berbagi pengalaman kepada calon kepala daerah agar dapat mengambil hati rakyat dengan bekerja sepenuhnya bekerja untuk daerah yang dipimpin.
Advertisement
"Jadi bukan saya merasa saya mampu bukan itu, tapi saya ngajari kalau kamu ingin jadi, kamu mulai sekarang dekati masyarakat, bukan nanti harus pakai uang. Kalau mau dekat dengan masyarakat enggak harus pakai uang, " tegas Risma.
Ia pun mencontohkan saat dirinya turun ke Aceh menemui para calon kepala daerah. Di sana Risma meminta para calon kepala daerah menebar pesona kepada masyarakat dengan melakukan kerja nyata.
Terkait dengan penugasan dirinya oleh DPP PDI Perjuangan untuk Pilkada DKI Jakarta, Risma menegaskan sejak awal dirinya sudah menolak.
"Kalau saya mau ya pasti jadi dan kalau saya menolak itu karena jabatan itu enggak boleh diminta. Saya enggak mau warga Jakarta terpecah belah juga, makanya jabatan itu harus ditolak, karena jabatan itu cobaan," ujar dia.