Sukses

Pengamat: Tidak Bereskan Masalah Internal, Ahok-Djarot Bahaya

Di atas kertas jumlah suara pendukung Ahok-Djarot di DPRD lebih besar dari dua pasang cagub penantangnya.

Liputan6.com, Jakarta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 bukan hanya pertarungan antara tiga pasang cagub dan cawagub. Namun juga pertarungan tiga tokoh penting di negeri ini. Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari.

"Pertarungan pilkada pada kali ini bukan saja pertarungan antara setiap kandidat dengan kekuatannya masing-masing, melainkan juga pertarungan tiga figur kuat di negeri ini," ujar Qodari kepada Liputan6.com, Selasa, 27 September 2016.

Tiga figur yang dimaksud, yakni Megawati Soekarnoputri dari PDIP yang berada di belakang pasangan cagub dan cawagub Ahok-Djarot Saiful Hidayat, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang berada di belakang pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dan Presiden Indonesia dua periode Susilo Bambang Yudhoyono, yang berada di belakang pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni.

Karena itu, ujar Qodari, Pilkada DKI 2017 tidak hanya penting, tapi juga menarik.

Di atas kertas jumlah suara pendukung Ahok-Djarot di DPRD lebih besar dari dua pasang cagub penantangnya, di mana Ahok didukung PDIP, Nasdem, Hanura, dan Golkar mempunyai 2.171.181 suara, sementara Anies-Sandiaga yang didukung Gerindra dan PKS memiliki 1.016.958 suara, dan pasangan Agus-Sylvi yang didukung Demokrat, PPP, PKB, dan PAN mempunyai 1.246.096 suara. Namun jumlah suara bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan.

"Di atas kertas, data tersebut menunjukkan superioritas calon petahana dibanding dua penantang lainnya. Namun, seperti sudah banyak terbukti dalam berbagai pilkada maupun pilpres, kemenangan calon tidak bergantung pada kekuatan suara partai pendukung, tetapi pada sosok figur dan kerja-kerja politik dari masing-masing partai," Qodari memaparkan.

Karena itu, kata Qodari, partai pengusung Ahok-Djarot harus menunjukkan kebersamaan dan kekompakan dalam menyusun dan menjalankan strategi pemenangan, untuk memenangkan pilkada.

"Dugaan adanya konflik internal dari partai pengusung Ahok-Djarot, seperti yang diberitakan baru-baru ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Karena hal tersebut bisa menjadi sumbu malapetaka pilkada bagi pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat," kata Qodari.

Dia melanjutkan, "Bukan tidak mungkin calon petahana dengan kekuatan partai paling besar, akan ditumbangkan oleh salah satu dari dua penantang yang kekuatan partainya lebih rendah."