Liputan6.com, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku tak gentar, meski kerap didemo kasus dugaan penistaan agama setiap blusukan. Sebab, tujuan utama blusukan bukan meminta warga agar memilih dirinya, melainkan mengecek wilayah.
"Kalau didemo terus enggak apa, diemin aja. Orang kita datangin bukan untuk minta suara kok. Kamu kalau ikut saya pernah enggak saya bilang 'pilih nomor dua ya'. Pernah enggak saya ngomong gitu? Enggak pernah," kata Ahok, di kediamannya, Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Kamis 10 November 2016.
Baca Juga
Menurut Ahok, saat kampanye, dirinya lebih memilih menyampaikan program-programnya yang telah dijalankan.
Advertisement
"Paling saya sampaikan visi-misi, pilih yang bersih, transparan, profesional. Jadi kalau ada yang lebih yang bersih, transparan kamu pilih dia? Saya konsisten dari dulu karena ingin mengedukasi kan," jelas dia.
Oleh karena itu, kata Ahok, apabila benar demo yang ada selama ini bertujuan agar dirinya tak lagi maju pada Pilkada DKI 2017, hal itu sangat disayangkan.
"Kenapa mesti pakai cara barbar, pakai cara turun? Apalagi sekarang ada hoax di mana-mana, katanya 18 (November) bakal turun 5 juta, 25 (November). Kalau mau turun kaya gitu ini negara bakalan pecah," ucap dia.
Menurut Ahok, saat ini memang sudah zamannya mengganti cara perang menggunakan peluru dengan pemungutan suara. Saat ini, bukan lagi era bawa-bawa massa atau berdemo.
"Makanya sekarang kita ganti, yang sekali perang mati ratusan ribu dengan cara kertas suara. Kita enggak ada lagi zaman bawa-bawa massa. Semua tentukan (saat Pilkada). Istilahnya peluru digantikan suara. Dulu pakai peluru sekarang kita ganti dengan kertas suara," tandas Ahok.