Liputan6.com, Jakarta Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, isu-isu negatif selalu dilemparkan saat pihaknya berkampanye di sejumlah daerah di Jakarta. Salah satu fakta yang ditemukan ialah isu tentang penggusuran di daerah kumuh.
"Ketika kita turun ke lapangan di rumah-rumah kumuh dan miskin, isu pertama yang selalu dikembangkan adalah isu penggusuran. Seakan-akan pasangan Basuki-Djarot itu kalau memimpin semuanya nanti akan digusur, termasuk penggusuran itu‎ disampaikan pada mereka yang rumahnya jelas-jelas permanen," ujar Djarot saat pembukaan acara‎ Pelatihan Komunikasi dan Kampanye Pemenangan Pilgub DKI 2017‎, Tim Pemenangan Basuki-Djarot di Jakarta, Sabtu (26/11/2016).
Baca Juga
Kata Djarot, selama memimpin DKI Jakarta bersama Basuki Tjahaja Purnama‎ atau Ahok, pihaknya tidak pernah menggusur permukiman warga. Akan tetapi, pemerintah justru memindahkan warga miskin agar bisa hidup lebih baik.
Advertisement
"Pasangan Basuki-Djarot tidak pernah menggusur satu pun. Kita selalu merelokasi mereka-mereka yang tinggal di kolong-kolong jembatan, mereka-mereka yang hidupnya tidak manusiawi, mereka-mereka yang tinggal di bantaran sungai, yang setiap saat mereka kebanjiran, selalu kita pindahkan ke rumah yang layak huni dan mereka bisa menerima itu," kata dia.
Isu penggusuran ini terus-menerus ditemui Djarot saat berkampanye. Seakan-akan pasangan Basuki-Djarot tidak peduli terhadap keberadaan masyarakat miskin di Ibu Kota.
"Memang Basuki-Djarot banyak menggusur, yaitu menggusur para koruptor, menggusur mereka-mereka yang tidak jujur, menggusur PNS yang malas, menggusur PNS yang melakukan pungli. Ini selalu disampaikan dan ini masuk rupanya kepada masyarakat miskin. Padahal kita berikan subsidi kepada mereka yang tidak mampu luar biasa besarnya melalui KJP, KJS," jelas Djarot.
Selain itu, ungkap Djarot, masalah yang sering ditemuinya adalah penyalahgunaan mimbar tempat ibadah sebagai ajang untuk menghakimi.
‎"Masalah ini (penistaan agama) disampaikan sangat masif, baik langsung disampaikan kepada warga maupun melalui khotbah-khotbah Jumat. Saya salat Jumat di mana pun selalu disampaikan itu. Isu penistaan agama berujung pada pengadang-pengadangan," Djarot memungkasi.