Liputan6.com, Jakarta - Survei Indikator menyebutkan 52 persen warga muslim DKI belum dapat menerima dipimpin oleh non-muslim, meskipun 69 persen mengaku puas atas kinerja calon Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Ishomuddin menganggap survei berdasakan keyakinan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tidak relevan di wilayah DKI Jakarta.
Baca Juga
Ciri-ciri Larutan: Pengertian, Jenis, dan Karakteristik Lengkap
Hasil Quick Count Indikator Pilkada Jabar 100%: Acep-Gitalis 9,67%, Jeje-Ronal 9,10%, Syaikhu-Ilham 20,07%, Dedi-Erwan 61,16%
Hasil Quick Count Indikator Pilkada Jabar 92%: Acep-Gitalis 10%, Jeje-Ronal 9,22%, Syaikhu-Ilham 20,20%, Dedi-Erwan 60,58%
Hasil survei Indikator yang menggunakan komposisi sampel 798 tersebut menyebutkan‎ ada 52 persen warga muslim DKI belum terima dipimpin non-muslim, meskipun 69 persen mengaku mengaku puas atas kinerja petahana Basuki Tjahaja Purnama.
"Saya kira jangan kondradiktif, masyarakat DKI cerdas dan biasanya mereka melihat bukti terlebih dahulu untuk menentukan pilihan," ujar Ishomuddin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/11/2016).
Dia mengingatkan, dalam pandangan Islam pemimpin tidak selalu harus melihat latar belakang agamanya. Sebab paling penting adalah bagaimana seorang kepala daerah dapat memberikan yang terbaik demi kesejahteraan seluruh warga ibukota.
Advertisement
"Pandangan kepemimpinan dipilih yang terbaik dari yang ada. Yang adil mengutamakan kepentingan rakyat, bukan golongan atau kelompok. Dan tindakan pemimpin atas rakyat harus mengacu pada kemaslahatan rakyat. Yang penting masyarakat makmur, jangan politik jabatan semata," ucap Ishomuddin.
Tanpa bermaksud mengarahkan ke salah satu pasangan calon, Ishomuddin menilai masyarakat Jakarta sudah cukup cerdas dan tidak akan terpengaruh dengan berbagai isu negatif, khususnya isu berbau SARA.
"Survei itukan hal yang bisa diotak-atik zaman sekarang.‎ Tapi soal pilihan, itu warga Jakarta-lah‎ yang tentukan," ucap dia.
Dia pun menjelaskan ada‎ dua faktor yang harus dipertimbangkan oleh tiga pasangan calon dalam Pilkada DKI yang harus diperhatikan dalam meraih dukungan dan simpati dari warga.
"Jadi ada dua faktor,‎ faktor pencitraan yang baik itu mempengaruhi faktor kedua, faktor keterpilihan politisi siapapun setiap calon.‎ Ingin namanya baik citra baik apakah berpengaruh pada faktor kedua keterpilihan, mungkin terpengaruh mungkin tidak," terang dia.
Ishomuddin mengharapkan, ketiga pasangan calon bersaing dengan sehat dalam pesta demokrasi terutama mengedepankan program. Sehingga Pemprov DKI Jakarta bisa dipimpin oleh pasangan terbaik.
"Paling penting setiap orang harus bersaing dengan baik. jadi adu mutu pada visi misi, program dan solusi tidak mengandalkan survei. Dengan adu mutu mencerdaskan pemilih," Ishomuddin menandaskan.