Liputan6.com, Jakarta - Rafif Muhammad Rizqullah siap menjawab kekhawatiran Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar terkait tingginya tingkat pragmatisme atau biaya politik dalam pelaksanaan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
Khususnya, kata dia, di daerah pemilihan (dapil) Jakarta yang diperkirakan membutuhkan biaya hingga Rp40 miliar.
Baca Juga
Rafif yang merupakan calon legislatif (caleg) dari PKB di Dapil DKI Jakarta 2 (Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Luar Negeri) menanggapi pidato Gus Muhaimin sebelumnya atas keprihatinan terhadap daerah pemilihan DKI Jakarta dimana biaya yang dibutuhkan sangat tinggi hingga Rp40 miliar.
Advertisement
"Apa yang disampaikan Ketua Umum saya, tentu menjadi sebuah tantangan bagi saya seorang anak muda di DKI Jakarta untuk mampu mengembalikan kompetisi politik dari nilai pragmatisme menjadi kompetisi politik yang penuh gagasan untuk keberlangsungan generasi kami selanjutnya," ujar Rafif dalam kegiatan menyapa warga di salah satu wilayah di Jakarta Selatan yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Senin (14/8/2023).
Rafif mengungkapkan bahwa pendekatan terhadap pemilih muda saat ini, yaitu gen Z dan milenial menjadi kunci utama untuk meminimalisir tingkat pragmatisme atau money politic (politik uang) yang selama ini menghiasi pelaksanaan Pemilu di Indonesia.
"Pemilih muda merupakan demografi terbesar dalam pemilu yang akan datang. Proses komunikasi yang kreatif, related dengan isu-isu keseharian mereka serta ruang untuk anak muda mampu berkreasi dan berkarya, menjadi cara yang lebih efektif untuk menyasar kelompok mereka," kata dia.
Rafif kemudian mengatakan jika anak-anak muda di Jakarta bisa berkolaborasi bersama menjaga Pemilu yang akan datang dengan penuh riang gembira, tentu banyak sedikitnya akan mampu meredam nilai-nilai pragmatisme selama ini.
"Jakarta ini merupakan mercusuar Indonesia. Oleh karena itu jika anak – anak muda di Jakarta mau bergerak bersama menyongsong pemilu 2024 dengan penuh riang gembira, bukan tidak mungkin seluruh anak – anak muda di wilayah lainnya akan tergerak untuk menjaga pemilu ini dengan penuh kreativitas, kecerdasan dan kegembiraan," papar Rafif.
Â
Siap jadi Penghubung Anak Muda
Disamping itu, Rafif juga mengungkapkan bahwa dirinya siap untuk menjadi penghubung popularitas Ketua Umum dan elektabilitas PKB dengan anak-anak muda yang ada di DKI Jakarta. Tujuannya ntuk bisa mendengar dan bersama – sama memperjuangkan karya dan kreativitas anak muda di DKI Jakarta.
"Sebagai salah satu tokoh besar di Negara ini dan juga Ketua Umum dari salah satu Partai terbesar, Ketum (Gus Muhaimin) pasti memiliki visioning Indonesia untuk kami–kami selaku anak muda di kemudian hari melangkah serta berjuang. Selain itu saya juga yakin Ketum pasti akan mampu memperjuangkan mimpi – mimpi kami untuk Indonesia hari esok," tutup Rafif.
Sebelumnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan biaya politik di Jakarta sangat mahal. Sehingga apabila ada calon anggota legislatif (caleg) yang miskin maka masa depannya akan suram.
Hal ini dikatakan Cak Imin untuk menanggapi pidato mantan Ketum PBNU Said Aqil Siroj terkait bahaya politik uang di acara kebudayaan di Gedung Joang, Jakarta, Jumat malam 11 Agustus 2023.
"Apa yang disampaikan kiai Aqil Siroj soal money politics, politik uang yang kaya yang berkuasa yang menang yang punya duit itu terbukti di lapangan dengan baik," kata Cak Imin.
"Hari ini yang saya lihat wajah-wajah caleg-caleg yang kelihatannya miskin pasti masa depannya agak suram," sambung dia.
Â
Advertisement
Bisa Sampai Rp40 Miliar
Padahal, Cak Imin berharap agar banyak para aktivis bisa lolos ke Senayan. Namun, hal itu tak pernah terjadi karena terkendala biaya politik.
Selain itu, dia mengaku prihatin dengan calon DPR RI yang maju dari daerah pemilihan Jakarta yang membutuhkan biaya politik yang mahal. Biaya politik menurutnya bisa mencapai Rp 40 miliar pada pemilu.
"Di Jakarta ini teman-teman yang jadi tiga-empat kali itu, itu kira-kira buat orang NU akan sangat tidak mungkin jadi DPR dari DKI Jakarta. Cost-nya sekitar Rp 40 miliar, ada yang Rp 20 miliar enggak jadi, ada yang Rp 25 miliar enggak jadi, yang selalu jadi itu yang sekitar Rp 40 miliran," ungkapnya.
"Souvenir harian itu kira-kira rata-rata RT-RT, di rumah-rumah rata-rata souvenirnya kulkas, kalau Bu Anggi souvenirnya baju kaos, kerudung, kerudung 10 ribuan," tambah Cak Imin.
Â
Cak Imin Minta Masyarakat Bijak Memilih Pemimpin
Menurut Cak Imin, kompetisi politik sudah semakin pragmatis. Dia ingin pemilihan dikembalikan kepada nilai-nilai dari tujuan berbangsa dan bernegara.
"Ini bukti adalah kompetisinya udah sangat pragmatis seperti yang disampaikan Kiai Said. Oleh karena itu relevansi kepada UUD 1945 adalah penegakan seluruh nilai-nilai dari tujuan hidup berbangsa dan bernegara," ujar dia.
Cak Imin juga meminta agar masyarakat bijak dalam memilih pemimpin. Dia berharap tak ada yang terpengaruh dengan politik uang.
"Saya sampaikan ini untuk seluruh rakyat dan masyarakat Indonesia bahwa pada dasarnya memilih pemimpin adalah bagian dari cara bermusyawarah yang tidak ada hubungannya dengan uang, ataupun imbalan. Pilihnya berdasarkan keyakinan dan kesepangetahuan di dalam menentukan pilihan pemimpin baik legislatif maupun eksekutif," imbuhnya.
Advertisement