Liputan6.com, Serang - Embay Mulya Syarief, calon Wakil Gubernur (cawagub) Banten mengaku, dirinya sempat beberapa kali ditawari untuk memimpin Banten, namun dia tolak. Alasannya, lantaran tak mau terjun terlalu dalam di dunia politik.
"Tahun 2000 saya diminta jadi Gubernur, saya enggak mau. Bukan habitat saya. Saya enggak merasa mampu jadi birokrat," ucap Embay mengawali pembicaraan dengan Liputan6.com, di kediamannya, jalan Jiwantaka I, Pekarungan, Serang, Banten, Senin 5 Desember 2016.
Baca Juga
Embay mengaku, memang senang menjadi pemimpin. Namun bukan jabatan yang dia cari.
Advertisement
Sama halnya ketika ditawari untuk mendampingi, calon gubernur (cagub) Rano Karno. Embay mengaku sempat beberapa kali menolak. Dia pun mengungkapkan banyak alasan pada saat itu.
Dari mulai usia hingga tak punya uang yang berlebih menjadi alasan Embay. Namun, pada akhirnya, dia mengiyakan permintaan tersebut lantaran merasa sebagai salah seorang pendiri Banten.
Gubernur Banten sebelumnya, Ratu Atut Chosiyah yang kini mendekam di balik jeruji besi membuat Embay mau terjun ke dunia politik. Menurut dia, kasus korupsi yang menjerat Atut membuat malu warga Banten.
"Saya mau mengenbalikan nama baik Banten. Sekarang tercoreng sama sebagian orang yang serakah," sambung Embay.
Selain karena ingin mengembalikan nama baik provinsi yang sudah dia tinggali sejak 1974 itu. Dia juga merasa berdosa. Sebab, pada 2000, dia sempat menolak menjadi orang nomor satu di Banten.
"Saya mau menebus dosa saya pas tahun 2000 enggak mau jadi gubernur," terang Embay.
Embay berjanji, saat dirinya nanti terpilih mendampingi Rano Karno, dia tak akan sedikit pun menggunakan fasilitas sebagai wakil gubernur.
"Rumah dinas, mobil dinas, saya enggak gunakan. Saya cukup di sini (rumah pribadi) dengan menggunakan mobil pribadi saya. Saya bukan cari harta, bukan cari jabatan," kata Embay.