Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait Pilkada DKI 2017. Survei yang dilakukan dalam rentang waktu 3 sampai 11 Desember ini menunjukkan jumlah pemilih Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tetap tinggi meski telah berstatus terdakwa kasus dugaan penistaan agama.
Direktur Eksekutif LSI Kuskridho Ambardi mengakui, elektabilitas pasangan Ahok-Djarot sempat merosot pada November kemarin, yakni hanya 26,2 persen. Namun, pada Desember atau setelah aksi 411 dan 212, elektabilitas Ahok-Djarot justru meningkat menjadi 31,8 persen.
Menurut dia, rata-rata responden memilih Ahok-Djarot karena telah terbukti kinerjanya selama satu periode.
Advertisement
"Alasannya, kepuasaan terhadap kinerja yang semakin tinggi akan meningkatkan dukungan masyarakat terhadap mereka," ujar Kuskridho di bilangan Senayan, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Dodi, panggilan akrab Kuskridho, menuturkan kriteria seorang pemimpin bagi kebanyakan responden adalah jujur, bersih, dan tidak korupsi. Meningkatnya elektabilitas Ahok-Djarot karena dianggap sebagai pemimpin yang memenuhi kriteria itu.
"Meskipun enggak bersih-bersih banget, tapi warga menilai pasangan ini relatif paling bersih di antara yang lainnya," kata dia.
Tak hanya itu, warga DKI juga mempertimbangkan kebijakan Ahok-Djarot selama memerintah.
"Seperti biaya pendidikan dan berobat juga masih dinilai wajar atau terjangkau oleh warga," ucap Dodi.
Dodi menyimpulkan, berdasarkan hasil survei ini, kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Ahok tak terlalu berpengaruh dengan elektabilitasnya pada Pilkada DKI 2017 ini.
"Banyak warga yang lebih mengutamakan hasil kerja daripada kepribadian Ahok," ujar Dodi.