Liputan6.com, Jakarta - Beberapa minggu menjelang hari pencoblosan Pilkada DKI, elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat meningkat. Ini diketahui dari hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei Indikator Politik.
Berdasarkan survei yang digelar Indikator Politik pada 12 hingga 20 Januari 2017, pasangan Ahok-Djarot mendapat dukungan 38,2 persen, disusul Anies Baswedan-Sandiaga Uno 23,8 persen, lalu Agus Yudhoyono-Sylviana Murni 23,6 persen.
Direktur Eksekutif Survei Indikator Burhanudin Muhtadi mengatakan, Ahok-Djarot unggul salah satunya karena efek debat pertama yang berlangsung 13 Januari 2017. Point penting pada debat tersebut adalah penyampaian program yang dianggap nyata oleh masyarakat.
Advertisement
Burhanudin menambahkan, pemilih cendrung melihat program rasional yang ditawarkan pasangan cagub dan cawagub. Program rasional yang dimaksudkan ialah calon dianggap punya program nyata yang telah terlihat.
"Ketiga calon yang banyak dipilih oleh masyarakat dalam survei ialah paslon yang mendekati basis rasionalitas. Tidak bisa disentuh dengan hal-hal seperti masalah keagamaannya, preferensi politik atau hal-hal psikologis lainnya," ujar Burhanudin di kantor Indikator Politik, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu 25 Januari 2017.
Berdasarkan survei, 18 persen responden memilih pasangan cagub dilandaskan pada alasan rasional yakni memutuskan memilih gubernur yang sudah ada kerja nyatanya.
Sedangkan 18 persen lainnya dikarenakan calon tersebut tegas dan berwibawa. Lalu 14 persen mengatakan, memilih cagub yang berpengalaman di pemerintahan, 8 persen memilih cagub pintar, dan 7 persen memilih cagub yang perhatian pada rakyat.
Hanya 6 persen yang memilih cagub karena agama yang sama, 6 persen memilih karena cagub jujur, 5 persen karena ramah dan santun, lalu 7 persen memilih berdasarkan asal cagub dari keluarga partai politik dan berdasarkan partai yang didukung.
Menurut Burhanudin, November 2016 elektabilitas Ahok-Djarot sempat turun akibat banyaknya isu yang menerpa Ahok, tapi hal tersebut tidak berpengaruh jauh terhadap elektabilitas Ahok-Djarot pada dua bulan selanjutnya. Penyebabnya, karena responden secara fluktuatif melihat perkembangan dari masalah tersebut.
"Setelah sebelumnya sempat menurun pada bulan November akibat isu penistaan agama, ketika Ahok meminta maaf maka berpengaruh terhadap elektabilitas keduanya," ujar Burhanudin.
Survei Indikator Politik ini melibatkan 808 responden yang merupakan warga negara Indonesia di Provinsi DKI Jakarta. Survei ini menguji faktor-faktor yang dianggap menjelaskan elektabilitas calon jika Pilgub DKI Jakarta dilaksanakan ketika survei dilakukan.
Â