Sukses

Survei Indicator: Debat Cagub DKI ke-2 Naikkan Antusiasme Netizen

Riset Indonesia Indicator menyebutkan, sentimen negatif ditemukan 24 persen untuk keseluruhan perbincangan debat cagub DKI kedua.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia Indicator (I2) berpendapat, debat cagub DKI putaran kedua yang berlangsung Jumat 27 Januari lalu, akan menentukan persepsi para netizen di media sosial terhadap kandidat.

Indonesia Indicator sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software Artificial Intelligence (AI) mencatat, antusiasme netizen terhadap debat cagub DKI putaran kedua. Hasilnya, antusiasme netizen meningkat dibandingkan debat kandidat pertama pada 13 Januari 2017.

"Meskipun secara jumlah cuitan debat kandidat putaran kedua menurun, antusiasme netizen justru meningkat 9 persen dari debat sebelumnya," ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang saat memaparkan hasil risetnya bertajuk "Pilgub DKI di Mata Netizen", di Jakarta, Senin (30/1/2017).

"Jika di debat pertama terdapat 45.471 akun yang berpartisipasi, pada debat kedua menjadi 48.630 akun aktif," dia melanjutkan, seperti dkutip dari Antara.

Debat cagub DKI putaran kedua, kata Rustika, direspons sebanyak 163.726 cuitan dari 48.630 akun. Bahkan, hingga Minggu 29 Januari kemarin hingga pukul 15.00 WIB, terdapat 144.325 cuitan lebih, dari 30 ribu akun yang masih membahas debat cagub DKI.

"Emosi trust, anticipation, disgust, joy, dan surprise mendominasi percakapan pasca-debat kedua," tutur Rustika.

Emosi-emosi ini, kata dia, dimunculkan melalui berbagai dukungan terhadap pasangan calon (trust), harapan dan kekhawatiran terhadap isu yang dimunculkan dari debat (anticipation), kecewa karena berbagai hal yang diharapkan tidak terjadi (disgust), ekspresi kesenangan karena berbagai hal (joy), serta berbagai keterkejutan netizen (surprise) terkait kandidat-kandidat maupun respons pendukungnya.

Rustika menilai, debat cagub DKI telah menuai perhatian pemilih usia 26-35 tahun sebesar 40,6 persen, dan disusul pemilih muda usia 18-25 tahun sebesar 31,5 persen.

Rustika melanjutkan, netizen di atas 35 tahun yang selama ini mendominasi isu Pilkada DKI menurun tajam.

"Hal ini menunjukkan adanya kesadaran generasi muda atas politik. Situasi ini berubah dari beberapa bulan sebelumnya, di mana netizen yang berusia di atas 35 tahun yang mendominasi percakapan," dia memaparkan.

Berdasarkan hasil riset Indonesia Indicator, sentimen negatif ditemukan sebesar 24 persen, untuk keseluruhan perbincangan pada debat cagub DKI putaran kedua.

Dilihat dari persebaran lokasi, kata Rustika, cuitan dimunculkan dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan dominasi terbesar di Jakarta.

Sepanjang dua jam debat, Rustika memaparkan, Indonesia Indicator juga mengukur 19.242 cuitan ditujukan pada Agus-Sylvi, 30.651 cuitan ditujukan pada Ahok-Djarot, serta 18. 936 ditujukan pada Anies-Sandi.

Hashtag teratas sepanjang debat antara lain: #Debat2pilkadaDKI, #AyoJawara1, #DebatpilkadaJKT, #DebatAHYPalingOke, #CoblosAniesSandi, #AhokDjarotBersih.

Secara persentase ekspose cuitan mulai 27-29 Januari 2017, pasangan Ahok-Djarot mendominasi dengan 48 persen (209.542 cuitan), disusul Agus-Sylvi dengan 27 persen (117.796 cuitan), dan Anies-Sandi dengan 25 persen (108.917 cuitan).

Perubahan demografi juga terjadi pada pasangan Agus-Sylvi yang kali ini direspons netizen perempuan sebanyak 47 persen. Sementara, Anies-Sandi 43 persen, dan Ahok-Djarot sebesar 41 persen.

Meski begitu, secara akumulasi jumlah, netizen perempuan lebih banyak ditujukan kepada Ahok yakni 18.260 akun. Kenaikan signifikan partisipasi perempuan dalam Pilkada DKI kali ini semakin menunjukkan antusiasme publik.

Akun robot masih beredar dalam perdebatan ini, meski secara persentase makin mengecil yakni 10-12 persen atau sekitar 10 ribu akun.

Sentimen Negatif Menurun

Menurut Rustika debat berperan penting dalam pembentukan persepsi bagi kandidat. Hal ini terlihat dari perubahan sentimen pada kandidat sejak sebelum debat, pasca-debat pertama, dan pasca-debat kedua.

"Sebelum debat pertama, sentimen negatif pada Ahok-Djarot sangat tinggi, mencapai 40 persen. Sementara Agus-Sylvi dan Anies-Sandi relatif kecil yakni sebesar 15 persen," kata dia.

Namun pasca-debat pertama situasi tersebut berubah, Ahok menurun ke 35 persen dan menuju 25 persen pasca-debat kedua.

Sementara Agus, pasca-debat pertama menjadi 21 persen dan kini berada di kisaran 22 persen. Anies, menjadi 20 persen dan pasca-debat kedua menjadi 25 persen. Situasi itu sangat dinamis, tergantung konteks dan isu yang dianggap menarik oleh publik," papar dia.

Menurut Rustika, Twitter atau media sosial berperan besar dalam membangun persepsi. Dengan media sosial, seorang kandidat bisa menyampaikan pendapatnya, memberikan sentuhan secara langsung dengan lebih murah dan bisa massal diterima berbagai pihak yang menjadi sasarannya.

Dengan memahami reaksi netizen dan media usai debat cagub DKI, kata Rustika, para kandidat bisa menjadikanya sebagai referensi untuk meraih suara lebih tinggi. "Sekaligus mempersiapkan diri pada debat ketiga dengan strategi yang lebih mumpuni," Rustika menandaskan.

Video Terkini