Liputan6.com, Yogyakarta - Pilkada serentak 2017 diikuti 620 calon atau 310 pasang yang tersebar di 101 wilayah di 7 provinsi, 76 kabupaten dan 18 kota. Namun, dari jumlah tersebut partisipasi perempuan masih rendah. Hal ini diungkapkan Nunung Qomariyah dari Desk Perempuan dan Poltiik Yayasan Satunama.
Nunung menyatakan pada struktur politik patriarki, tidak diprioritaskannya perempuan dalam politik. Ditambah dengan elitisme politik di mana perempuan harus berkompetisi dengan modal finansial yang kuat, politik, dan sosial yang kuat.
Nunung mengungkapkan terlihat kuat struktur politik arus laki laki (Malestream Political Structure) dalam Pilkada serentak tahun 2017.
Advertisement
Calon perempuan dalam Pilkada serentak 2017Â hanya sebesar 7,3% atau 45 perempuan dari 620 calon. Sementara, data pilkada serentak 2017 juga menunjukkan dari 448 kandidat yang diusung oleh partai politik, calon perempuan hanya 40 calon atau 8,2%.
"Perempuan kandidat yang maju dalam pilkada serentak 2017 didominasi oleh aktor dari kelompok yang dekat dengan lingkar kekuasaan meski sebagian besar tidak memiliki pertalian dengan elit dominan. Ini terjadi dalam pilkada serentak tahun 2015," ujar Nunung dalam diskusi Menguatnya Patriarkisme Politik dalam Pilkada 2017 di kantor KPU DIY, Kamis (9/2/2017).
Nunung mengatakan kandidasi perempuan dalam Pilkada serentak 2017 mengalami stagnasi. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah calon perempuan dalam Pilkada serentak tahun ini yang sama dengan Pilkada serentak tahun 2015 lalu.
Meskipun stagnan dari segi kandidasi, tetapi peningkatan posisi yang diperebutkan calon perempuan dalam Pilkada serentak 2017 cenderung progresif.
"Pada Pilkada serentak 2015 sebanyak 45,5% memperebutkan kursi kepala daerah. Persentase ini meningkat menjadi 51,1% yang memperebutkan kursi kepala daerah dalam Pilkada serentak 2017," tandas Nunung.
Â