Liputan6.com, Jakarta - Kontestasi Pilkada DKI 2017 putaran kedua, menjadi sorotan. Terlebih, pesta demokrasi di wilayah ini diiringi dengan kabar tak sedap.
Salah satunya terkait kabar soal penolakan warga untuk menyalatkan pendukung salah satu peserta pilkada.
Baca Juga
Gerakan Pemuda (GP) Ansor menilai politisasi agama di putaran kedua sangat kencang. Hal ini membuat situasi politik di DKI tak sehat lagi.
Advertisement
"Melihat politik di DKI, kini kian tak terkontrol dan ganas. Muncul fatwa ngawur, tidak boleh mensalatkan jenazah yang berbeda politik. Kita harus ambil sikap," ucap Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, di kantornya, Jakarta, Sabtu 11 Maret 2017.
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya akan mengampanyekan agar penyebar kabar tersebut menghentikan segera politisasi terhadap agama. Dia meminta pendukung dan simpatisan pasangan peserta Pilkada DKI 2017 bertarung secara sportif.
Dia tidak ingin agama dicampuradukkan dengan politik. Agama, lanjut dia, harus dikembalikan ke fitrahnya.
"Kita akan kampanye besar-besaran. Kita punya pengurus di seluruh Indonesia. Kita serentak supaya menghentikan politisasi agama. Jangan gunakana agama kalau mau kontestasi politik. Kita kembalikan agama sebagaimana fungsi dan sebagaimana fitranya, bahwa tidak untuk urusan politik yang remeh temeh begini," jelas Yaqut.
Sebelumnya, jenazah nenek 78 tahun, bernama Hindun bin Raisman, menjadi buah bibir lantaran ditelantarkan masyarakat Karet Raya II, Setiabudi, Jakarta Selatan. Penyebabnya, semasa hidup almarhumah mencoblos pasangan Ahok-Djarot saat Pilkada DKI 2017 putaran pertama.
Â