Liputan6.com, Jakarta Dalam proses kampanye putaran kedua Pilgub DKI Jakarta, pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, tidak mempublikasikan agenda kampanye mereka. Hal ini membuat awak media kesulitan untuk mencari tahu keberadaan mereka berdua kala melakukan kampanye. Tak sedikit pihak yang beranggapan jika strategi kampanye senyap Ahok-Djarot dipilih, lantaran demi menghindari kemungkinan adanya penghadangan terhadap mereka.
Sebelumnya, Djarot diagendakan mengunjungi Pasar Kambing di Jalan Tanah Kusir II RT 004/011 Kebayoran Lama Selatan, dan mengunjungi warga di Jalan Jati Indah RT 002/001 Pondok Pinang. Namun, lantarab suasana yang tidak kondusif, kedua agenda itu dibatalkan.
Apakah benar strategi kampanye senyap, sengaja dipilih pasangan Cagub Ahok-Djarot agar terhindar penghadangan dari pihak tertentu?
Advertisement
Menurut Ketua Timses Ahok-Djarot, Prasetio Edi Marsudi, cara kampanye senyap yang dilakukan Ahok-Djarot merupakan salah satu strategi dari timses. Menurut Prasetio, dalam setiap pertarungan dibutuhkan strategi khusus.
"Semua pertarungan kan ada strategi. Kita kan ada strategi begini, begini, begini," ujar Prasetio
Ahok pada beberapa hari ini mengadakan kegiatan kampanye tanpa mengajak awak media untuk meliput. Namun, Ahok mengungkapkan alasan dirinya memilih berkampanye yang terkesan senyap. Hal itu diakui Ahok sengaja tidak memberi tahu kegiatannya kepada wartawan, karena ia menginginkan ruang gerak yang lebih luas saat bertemu warga.
"Aku blusukan kok. Blusukan terus kok, cuma enggak perlu kasih tahu kamu kan? Karena terlalu ramai, kalau jalan di gang jadi ramai," kata Ahok.
Strategi Kampanye senyap yang dilakukan Ahok-Djarot ternyata juga menyita perhatian salah satu calon wakil gubernur lainnya, yakni Sandiaga Uno. Ia berpendapat, gaya kampanye senyap yang dilakukan Ahok, merupakan cara yang biasa dipakai ketika melakukan pertemuan dengan pengusaha atau tokoh-tokoh yang tidak mau diekspos media. Apa yang dilakukan Ahok, kata Sandiaga, sah-sah saja walaupun untuk menggalang dana.
“Warga harus memaklumi hal itu, karena yang ditemui pak Basuki mungkin nggak mau diekspos, baik itu pengusaha yang nggak mau terdampak bisnisnya kalau nantinya Pak Basuki tidak menjabat lagi, maupun tokoh politik yang terancam posisinya,” ungkap Sandiaga Uno.
Pandangan berbeda justru diutaran oleh politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari, ia mengatakan jika kampanye diam-diam yang dilakukan Ahok merupakan suatu hal yang biasa. Bagi Eva, yang terpenting yakni Ahok tetap bertemu dengan warga dan tetap kerja namun diam-diam. Eva mengatakan jika blusukan akan terus menjadi strategi yang akan dilakukan oleh Ahok-Djarot dalam putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.
"Dia blusukan cuma diam-diam. Dia enggak mau heboh-heboh, karena dilihatnya enggak penting lah untuk saat ini" ucap Eva.
Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan, strategi berkampanye yang dilakukan Ahok dan dirinya yang terkesan senyap, bukanlah merupakan cara untuk menghindari wartawan. Menurut Djarot hal itu memang sengaja dilakukan untuk menghindari keramaian warga. Menurut Djarot, warga yang terlalu ramai akan membuat kesulitan menyampaikan program kerja karena banyak warga yang meminta berfoto.
“Bukan apa-apa, sebab kali satu titik kampanye disampaikan, biasanya enggak bisa kampanye, karena orang datang semua minta salaman minta foto, sehingga pesan yang ingin disampaikan itu tidak nyampe baik " ujar Djarot.
(*)