Sukses

Djarot Siap Jadi Korban Demi Keutuhan NKRI  

Calon petahana wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku rela menjadi tumbal demi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Liputan6.com, Jakarta Calon petahana wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku rela menjadi tumbal demi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Seperti diketahui, Djarot beberapa kali disudutkan dengan isu SARA, bahkan dirinya juga kerap disebut kafir lantaran menjadi pendamping Cagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok. 

Pernyataan Djarot yang siap menjadi martir atau korban demi keutuhan bangsa disampaikannnya dalam sambutan saat menghadiri Halaqah Takmir Masjid “Menolak Politisasi Masjid, Melawan Radikalisme Agama” di NAM Hotel, Kemayoran, Jakarta Pusat. Djarot juga mengaku dirinya serta keluarga kecilnya sangat bangga jika dirinya bisa berkorban untuk membela Tanah Air.

“Saya akan bangga betul, kalau terjadi apa-apa sama saya, bangga betul, termasuk anak saya, dan keluarga saya. Saya sudah pasrahkan hidup saya, mati saya, pada Allah SWT,” ungkap Djarot.

Kendati demikian, putri kedua Djarot yang masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sempat menanyakan pada ayahnya (Djarot), jika ia tiada, siapa yang akan menjaga dirinya serta kakak dan adiknya. Menanggapi pertanyaan putrinya tersebut, Djarot pun menjawab bijak pertanyaan tersebut, ia mengaku telah mempercayakan pendidikan ketiga putrinya itu pada asuransi yang ia pilih.

“(Anak saya) yang nomor dua SMP (nanya), ‘kalau ayah meninggal gimana? Sekolah kami gimana?’ (saya jawab) ‘Kan sudah ayah masukkan asuransi, yang bayar asuransi,” papar Djarot.

Seperti diketahui, Djarot sempat menyampaikan penyebab hasil putaran pertama berbanding terbalik dengan hasil survei tingkat kepuasan yang baik atas kinerja Ahok-Djarot. Menurutnya, faktor yang menyebabkan tingkat elektabilitas dia dan pasangannya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak sebanding dengan tingkat kepuasan yang dialami warga atas kinerja mereka adalah masalah isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).

Djarot juga beranggapan, akibat isu SARA yang kerap muncul pada Pilkada DKI Jakarta 2017, ada ketakutan dan keenggan warga menentukan pilihan ke pasangan nomor pemilihan dua.

“Saya merasakan faktor yang dimainkan, mohon maaf, politisasi persoalan SARA. Ini yang selalu dihembuskan di bawah. Makanya, saya sampaikan ini memilih pemimpin pemerintahan bukan pemimpin agama,” ucap Djarot.

Mantan Wali Kota Blitar tersebut juga pernah menceritakan pengalamannya kerja sama dengan Ahok selama dua tahun lebih. Menurut
Djarot, Ahok adalah orang yang mau semua dikerjakan secara cepat. Karena itu, dia tidak kaget saat Ahok marah bila ada anak buahnya yang mempersulit warganya untuk mengurus sesuatu.

Djarot berujar, kepribadian dia dan Ahok yang ada sekarang merupakan hasil pengalaman hidup mereka. Karenanya, Djarot berharap warga Jakarta memaklumi bila Ahok kerap berbicara ceplas-ceplos dan cenderung kasar. 

"Kita kaya gini karena pengalaman hidup, Ahok kaya gitu karena dia Sumatera dan orang pantai, makanya suaranya keras. Karena di sana banyak ombak. Kalau orang gunung kan lebih lembut. Saya senang sama Pak Ahok karena kerjanya cepat. Orang Jakarta itu butuh yang bisa kerja cepat. Pak Ahok nggak suka yang kerja nanti-nanti dulu. Makanya dia mau pelayanan di kelurahan juga cepat, karena orang Jakarta kan orang sibuk kalau dipersulit nanti marah-marah," papar Djarot.

(*)

 

Video Terkini