Liputan6.com, Jakarta Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bertemu dengan Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (NU) Jakarta Barat dalam acara peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan Istigasah Islam Nusantara di Kalideres, Jakarta Barat. Pada kesempatan tersebut, Djarot ditemani Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah I (Jawa dan Sumatera), yang juga tokoh muda NU, Nusron Wahid.
Acara itu sendiri dihadiri oleh ribuan warga NU Jakarta Barat dengan mengenakan pakaian Muslim dan memadati lokasi acara yang dimulai dengan pembacaan tahlil. Hadir juga sejumlah tokoh dan ulama NU Jakarta Barat, di antaranya KH Muchtar Ghozali (Cengkareng) KH Amin Kadaung (Tegal Alur), KH Salwan (Kapuk), Kyai Sirodj Ronggalawe, Kyai Endang Ahmad Syah, KH Muhammad Ali, dan KH Mahfud.
Baca Juga
Dalam sambutannya, Nusron mengungkapkan kehadiran Djarot di acara tersebut merupakan bentuk silahturahmi. Nusron juga mengungkapkan, bahwa Djarot merupakan bagian dari NU sejak ia lahir.
Advertisement
"Kalau ada orang NU, untuk apa memilih yang lain dalam putaran kedua Pilgub DKI Jakarta nanti. Pak Djarot ini orang Jawa Timur yang NU tulen, maka kita pilih pasangan nomor urut dua," ujar Nusron.
Nusron menganggap pasangan Ahok-Djarot merupakan dua sosok yang kerap mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada umat muslim, seperti salah satu contohnya adalah dengan melestarikan makam para ulama.
“Oleh Pak Djarot, yang orang NU, makam ulama dilestarikan. Makam Mbah Priok sudah dijadikan cagar budaya religius. Makam para ulama di Betawi juga semua dilestarikan dan kalau ziarah lebih nyaman,” kata
Nusron.
Selain itu, Nusron juga mengatakan jika Ahok-Djarot menang dalam Pilgub DKI 2017 putaran kedua, maka dapat dipastikan sekolah dan madrasah NU yang saat ini kondisinya kurang baik, akan segera dibantu. Kemudian, mereka yang saat ini belum mendapatkan beasiswa juga akan diberikan pada masa kepemimpinan Ahok-Djarot.
Sementara, Djarot dalam sambutannya mengatakan, sebenarnya Pemda DKI Jakarta sudah menjalankan KJP Santri, khusus bagi warga Jakarta yang menjadi santri di luar Jakarta. Warga yang tidak mampu atau membutuhkan biaya maka bisa mendapatkan KJP Santri.
Mantan Walikota Blitar itu juga mengatakan, program KJP Santri bukan merupakan bentuk diskriminasi bagi umat lain, justru ia ingin Islam di Indonesia dapat menyatu pada kebhinekaan.
"Sekarang sedang kami data pondok pesantren mana saja yang menerina santri dari Jakarta. Sehingga, kami mempunyai hubungan dan kaitan dengan pondok pesantren yang bersangkutan. Ini perlu disampaikan, karena kami ingin santri belajar di pesatren yang mengajarkan Islam rahmatan lil alamin. Kami tak mau belajarnya di tempat yang mengajarkan Islam garis keras, mengajarkan Islam wahabi, fundamentalis, ISIS, dan yang sejenisnya," kata Djarot.
(*)