Sukses

Kader NU: Pengusiran Djarot dari Masjid Tak Sesuai Akhlak Islam

Intelektual muda NU menilai peristiwa pengusiran Djarot dari masjid merupakan tindakan yang sangat memalukan.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusiran Cawagub Djarot Saiful Hidayat dari masjid al-Atiq, Tebet seusai shalat Jumat sangat mengejutkan semua pihak. Tindakan tersebut dianggap berlebihan, bahkan tidak sesuai dengan akhlak Islam.

"Saya memandang, pengusiran Cawagub Djarot Saiful Hidayat merupakan tindakan yang sangat memalukan. Pasalnya, perlakuan tersebut tidak sesuai dengan akhlak Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW," ujar Zuhairi Misrawi, intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU), melalui keterangan resminya, Jumat (14/4/2017).

Zuhairi menambahkan dalam buku sejarah Islam, diceritakan ketika Nabi Muhammad SAW menerima tamu Kristen Najran di Masjid Madinah. Perbedaan agama tidak menjadi halangan untuk tidak menghargai tamu yang sedang bertandang ke masjid Nabi.

"Ini kan Cawagub Djarot seorang muslim taat, hendak melaksanakan salat Jumat. Ia kader NU tulen, dan berjasa bagi umat Islam di Jakarta. Kok bisa-bisanya diteriakin dan diusir dari masjid. Saya memandang, politisasi masjid sudah masuk dalam kategori meresahkan dan mengkhawatirkan," ujar lulusan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.

Untuk itu, lanjut Zuhairi, harus ada tindakan tegas terhadap pengurus Masjid Al Atiq, karena secara terang-terangan melakukan atau membiarkan kampanye di dalam masjid. Begitu halnya pihak-pihak lain yang menggunakan masjid sebagai tempat kampanye.

"Kalau kita melihat aturan, jelas sekali ada larangan keras agar tidak menggunakan tempat ibadah, termasuk masjid sebagai tempat kampanye dan melakukan diskriminasi karena perbedaan sikap politik dalam pilkada. Jadi, Panwaslu harus mengambil tindakan tegas," tambah dia.

Jika fenomena ini dibiarkan, Zuhairi mengatakan rakyat Indonesia mengalami defisit moderasi Islam di Jakarta.

"Yang dikhawatirkan, jika tindakan pengusiran Cawagub Djarot ini dibiarkan, maka radikalisme di Jakarta makin menguat. Kita tidak ingin Jakarta seperti Mesir di masa lampau, yang masjidnya dikuasai kaum radikal yang mudah ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu," pungkas Zuhairi.

Â