Sukses

Djarot Fokuskan Renovasi Bantaran Sungai Guna Atasi Banjir

Program merenovasi kawasan bantaran kali saat ini akan terus dijalankan oleh Pemprov DKI.

Liputan6.com, Jakarta Banjir merupakan permasalahan yang masih menghantui kota Jakarta. Bahkan beberapa wilayah di Jakarta Selatan masih terendam banjir akibat meluapnya Kali Ciliwung lantaran hujan deras yang kerap terjadi di wilayah Jakarta.

Menyikapi hal tersebut, cawagub DKI Jakarta nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat mengakui bahwa saat ini Jakarta memang belum bisa dikatakan sepenuhnya terbebas dari banjir. Djarot mengatakan bahwa program merenovasi kawasan bantaran kali saat ini akan terus dijalankan oleh Pemprov DKI.

Warga, kata Djarot, sudah bersedia untuk direlokasi agar mereka terhindar dari banjir. “Karena itu, kita tetap program untuk merenovasi kawasan bantaran sungai. Kemudian, kemarin misalnya di Kali Sunter mengatakan, saya ngomong saja pada warga, 'Saya tahu ketika banjir besar, di bantaran sungai rumah-rumah itu tenggelam.' Dan
mereka mau direlokasi dan saya sudah izin,” ujar Djarot.

Mantan Walikota Blitar itu juga menyampaikan komitmennya untuk menyediakan rusun yang layak huni bagi warga yang terkena relokasi. Tak hanya rusun, Djarot juga menyebut bahwa Pemprov DKI akan menanggung segala kebutuhan para warga yang tinggal di rusun. “Kami menyediakan rusun yang layak huni. 36 meter persegi, 2 kamar dengan berbagai macam pelayanan paripurna seperti kesehatan, pendidikan, transportasi dan bahan pokok," paparnya.

Menurut Djarot, hal yang dilakukan tersebut adalah bentuk kepedulian Pemprov DKI kepada warga yang menjadi korban relokasi. Walaupun masih banjir, lanjut Djarot, namun sekarang jumlah titik banjir yang ada di
Jakarta sudah dapat dikatakan mengalami penurunan. “Artinya genangan tidak terlalu banyak, cepat surut. Sungai-sungai kita juga bersih sekarang. Sheetpile juga jalan terus,” ujarnya.

Sebelumnya, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta telah merilis kasus penggusuran hunian yang meningkat di tahun 2016 lalu. Dari hasil yang dirilis tersebut, diketahui angka penggusuran di DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tinggi. LBH Jakarta merilis kasus penggusuran terhadap hunian keluarga dan unit usaha di Jakarta mengalami peningkatan. Pada 2015 sebanyak 113 kasus dan pada 2016
menjadi 193 kasus.

Menanggapi hal itu, cagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan dirinya harus melakukan penggusuran demi menyelamatkan jutaan orang Jakarta agar tidak selalu menjadi korban banjir. “Kita mindahkan belasan ribu orang, agar jutaan orang Jakarta menikmati hidup gak ngerasin banjir," ujar Ahok.

Menurut Ahok, keputusannya untuk melakukan penggusuran sudah menghasilkan hasil saat ini. Walaupun, dia mengakui hal tersebut belum bisa menghilangkan banjir dan genangan di Jakarta secara keseluruhan.

“Sekarang begini, minimal itu (penggusuran) juga membuktikan salah satu cara menurunkan lokasi banjir. Sebelum kita lakukan pemindahan besar-besaran, itu 22.00 lokasi banjir di tahun 2013. Setelah ada pemindahan besar-besaran, Itu di (rusun) Marunda saja itu kita pindahkan 2 ribu keluarga. Jiwanya sekitar 10 ribu. Kita ada 26 blok,
kita sudah bangun rusun begitu banyak, ini saja masih terlambat,” kata Ahok.

(*)