Sukses

Jelang Pilpres 2019, Parpol Akan Bonceng Elektabilitas Jokowi

Menurut Djayadi, selama tingkat popularitas Jokowi tinggi, maka tingkat kepuasan masyarakat terhadapnya tetap tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif di Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai elektabilitas Presiden Joko Widodo hingga kini belum ada yang menandingi.

Menurut Djayadi, fenomena coattail effect sangat mungkin terjadi pada Presiden Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti. Coattail effect merupakan kecenderungan pada salah satu kandidat populer dalam sebuah pemilihan menarik atau memberikan suara juga kepada partainya.

Dapat dikatakan ini merupakan efek dongkrak elektabilitas partai pada calon dengan elektabilitas tinggi.

"Data sementara menunjukan iya. Efek itu bisa positif," ujaf Djayadi ditemui di Megawati Institut, Jakarta Pusat, Rabu, 24 Januari 2018.

Menurut Djayadi, selama tingkat popularitas Jokowi tinggi, maka tingkat kepuasan masyarakat terhadapnya tetap tinggi. Ia memprediksi, hal itu dapat berimbas ke partai pendukungnya.

"Maka itu akan berpengaruh positif kepada elektabilitas PDIP," ucap dia.

Bahkan menurutnya, pengaruh positif tidak hanya akan dirasakan oleh PDI Perjuangan, jika coattail effect itu terjadi. Namun akan berpengaruh positif juga terhadap partai-partai lain yang mengusung Jokowi di Pilpres 2019 mendatang. 

Kendati demikian, Djayadi menuturkan, berdasarkan hasil penelitian di sejumlah negara, yang akan memperoleh efek positif paling banyak dari efek tersebut adalah partai yang paling dianggap dapat merepresentasikan dirinya dengan kandidat populer tersebut, yakni PDI Perjuangan.

Usaha serta kemampuan partai pengusung untuk saling mengasosiasikan dirinya dengan Presiden disebutkan Djayadi akan menjadi kuncinya.

"Misalnya Golkar, seberapa keras usaha melekatkan dirinya dengan Jokowi. Kemudian Nasdem, dan lainnya," tutur dia.

 

2 dari 2 halaman

Unjuk Kedekatan Jokowi

Bukan tidak mungkin, menurut Djayadi, nantinya akan muncul pertarungan untuk unjuk kedekatan, partai apa yang paling dekat dengan Presiden Jokowi.

Djayadi menyebutkan, hal ini dapat menimbulkan kontestasi untuk menyatakan bahwa partai mereka lah yang paling dekat dengan calon presiden yang populer.

"Misalnya Nasdem, Jokowi presidenku, nasdem partaiku," kata dia.

Namun demikian, jika elektabilitas Presiden Jokowi menurun, dan tidak dianggap populer seperti saat ini bukan tidak mungkin efek yang ditimbulkan ke partai pengusungnya justru negatif.

Djayadi sendiri melihat, pemilih Presiden Jokowi nantinya akan lebih berdasarkan dari evaluasi mereka terhadap kinerja Presiden Jokowi sendiri.

"Bukan dari isu lainnya. Jika, performa Presiden Jokowi hingga akhir 2018 ini tetap dianggap baik oleh masyarakat," kata Djayadi.

Â