Liputan6.com, Jakarta - Mayor Jenderal Purnawirawan Sudrajat masih ingat kala telepon genggamnya berdering. Nama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto muncul di layar teleponnya. Tanggal 5 Oktober menjadi momen bersejarah mantan Kepala Pusat Penerangan TNI itu.
"Saya prajurit, saya dipanggil untuk sebuah tugas," kata Sudrajat mengawali perbincangannya di Liputan6.com, SCTV Tower, Senayan, Jumat, 2 Februari 2018.
Baca Juga
Dari balik telepon, Prabowo yang merupakan junior Sudrajat di TNI AD meminta izin untuk bertemu di kediaman pria kelahiran Sumedang, Jawa Barat, itu di bilangan Senayan. Namun, dia menolak ajakan itu dan menawarkan bertemu di luar saja.
Advertisement
"Biar netral," ujar mantan Duta Besar di China dan saat ini aktif dalam mempromosikan hubungan Indonesia-China di bidang ekonomi dan sosial budaya.
Meski tidak tahu arah pembicaraan Prabowo, tapi dia sudah bisa menerka. Mantan Pangkostrad itu tentu akan membahas persoalan politik. Maklum saja, Prabowo yang dikenalnya saat ini adalah seorang politikus dan juga ketua partai yang tengah sibuk dengan urusan perpolitikan.
Singkat cerita, dalam pertemuan itu Prabowo meminta dengan sangat kepada Sudrajat untuk maju di Pilkada Jabar. Mendadak sontak Sudrajat terkejut.
"Enggak salah, Wo? memang enggak ada calon lain, kamu pikir-pikir dulu, deh," Sudrajat merespons permintaan Prabowo kala itu.
"Saya enggak salah, Bang. Saya lihat kiri-kanan Abang sosok yang pas," kata Sudrajat menirukan ucapan Prabowo.
Prabowo lantas menyebut lima kriteria calon pimpinan cocok diterapkan dalam masyarakat Sunda, yaitu Nyakola (berilmu), Nyunda, Nyantri (taat pada agama), Nyatria (ksatria), dan Nyantika (beretika).
"Abang punya lima kriteria itu," kata Prabowo lagi kepada Sudrajat.
Sudrajat dihinggap bimbang. Dia tidak segera menjawab permintaan itu. CEO Susi Air itu meminta izin mendiskusikan hal itu dengan keluarga, istri, dan anak-anaknya.
Pertanyaan bertubi-tubi datang dari istri dan anak-anaknya. Semuanya mempertanyakan hal itu. Karena, istri dan anak merasa pengabdian Sudrajat selama di kemiliteran sudah cukup, sehingga sekarang adalah waktunya menikmati massa kebersamaan keluarga.
Namun, permintaan Prabowo itu terus menggusiknya. Sekelebat dia kembali ke era saat dia masih berdinas di tentara. Dua kali tawaran datang kepadanya untuk memegang kursi Gubernur Jabar.
"Waktu itu diminta ganti Pak Nuryana, pas masih Fraksi Gabungan, lalu 2004 juga diminta juga untuk maju. Tapi semuanya saya tolak," ujar Sudrajat. Alasannya saat itu, dia akan menghabiskan kariernya di kemiliteran.
Alasan lainnya adalah karena permintaan 'uang kadedeuh' sebesar Rp 20 miliar tahun 2004. "Uang sebesar itu dari mana saya dapat. Kalau ada lebih baik ditabung. Saya tidak pernah terpikir dan punya niat mencalonkan diri (jadi gubernur)," kata Sudrajat.
Kemudian, hasil dari diskusi bersama keluarga, Sudrajat akhirnya memutuskan untuk melangkah maju. Restu sang istri menjadi bekalnya melangkah.
"I let you go," ucap mantan Atase Pertahanan KBRI Washington DC ini menirukan restu sang istri.
Â
Mahar Politik
Soal uang, kepada Prabowo dia menuturkan bahwa dia tidak bisa membantu logistik, meski itu menjadi syarat penggerak mesin partai.
"Saya tidak bisa bantu logistik. Saya hanya bisa bantu pikiran dan tenaga," tutur Sudrajat kepada Prabowo.
9 November, sebulan setelah pertemuan, Prabowo kembali menelepon Sudrajat. Meski sudah memiliki jawaban yang akan disampaikan, keraguan kembali ditanyakan kepada Prabowo.
"Apa betul enggak ada calon lain, Wo?" tanyanya.
Prabowo kembali menegaskan bahwa tidak ada calon lain yang untuk Pilkada Jabar. Pilihannya sudah mantap untuk mengusung Sudrajat. Sampai akhirnya, pada Desember 2017, Gerindra mengumumkan pasangan yang diusungnya di Pilkada Jabar, yakni Sudrajat dan Ahmad Syaikhu.
"Saat itulah saya mengenal wakil yang akan dampingi saya," kata Sudrajat.
Soal mahar, Prabowo tidak mempermasalahkan. Tiga partai besar yang berkoalisi akan gotong-royong merogoh kocek guna memenangkan pasangan yang dijagokan di Pilkada Jabar.
Langkah Sudrajat sudah mantap menatap Pilkada Jabar 2018. Namun, dia masih belum percaya penuh bila dirinya maju ke dalam dunia politik.
"Saya tidak pernah terpikir masuk belantara lumpur luar biasa ini," ucap Sudrajat.
Sebagai orang yang pernah menyandang bintang di pundak, Sudrajat tidak sendiri. Beberapa jenderal akan meramaikan bursa Pilkada Jabar. Mereka adalah Mayjen Purnawirawan TB Hasanudin, Irjen Anton Charliyan, dan Jenderal Naga Bonar Deddy Mizwar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini
Advertisement