Sukses

Ini 4 Variabel Jokowi Pilih Cawapres

Maruarar mengatakan, saat ini pemerintahan Jokowi sedang membangun fondasi mengenai infrastruktur, makro, dan mikro ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Politikus PDIP, Maruarar Sirait, menyebut ada empat variabel Joko Widodo atau Jokowi dalam menentukan calon wakil presiden atau cawapres dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Untuk variabel pertama, Maruarar mengatakan mengenai elektabilitas pendamping Jokowi. Artinya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu akan memilih calon dengan elektabilitas tinggi, bila saat mendekati pencalonan elektabilitas Jokowi turun.

"Karena dalam politik menang itu penting. Kalau elektabilitas Jokowi tidak aman jelang pemilihan, maka pertimbangan elektabilitas," kata Maruarar di Kantor Populi Center, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2018).

Variabel kedua, yaitu mengenai kenyamanan. Maruarar menjelaskan pertimbangan itu pernah dilakukan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY saat Pemilu 2009. Di mana ketua umum Partai Demokrat itu memilih Boediono sebagai pendampingnya.

"Kalau elektabilitas Jokowi tinggi sekali, maka akan memilih cawapres berdasarkan kenyamanan," papar dia.

Anggota Komisi XI DPR ini menyatakan variabel ketiga yang paling ideal, yaitu gabungan antara kenyamanan dan nilai tambah terhadap elektabilitas. Yang terakhir, mantan Wali Kota Surakarta itu akan melihat pada 2024.

Dia menambahkan, saat ini pemerintahan Jokowi sedang membangun fondasi mengenai infrastruktur, makro, dan mikro ekonomi. Sehingga hal itu dapat dijadikan dasar pertimbangan yang berkelanjutan.

"Karena pasti tidak tuntas, jadi apakah Jokowi memilih wakil hanya sebagai wakilnya saja, atau memilih yang menjadi presiden pada 2024. Itu manusiawi bagaimana visi misi bisa berkelanjutan dan berkesinambungan," jelas Maruarar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Elektabilitas Jokowi Versi Populi

Peneliti Populi Center Hartanto Rosojati mengatakan Jokowi masih menduduki peringkat pertama sebagai calon presiden dengan elektabilitas tertinggi, yaitu 52,8 persen.

Hartanto menyebut elektabilitas Jokowi jauh melampaui rival terdekatnya, Prabowo Subianto, di peringkat kedua dengan elektabilitas hanya 15,4 persen.

"Persentase ini mengalami penurunan, tapi tidak signifikan (bulan Desember 2017) masih dalam ambang margin of error," kata Hartanto di Kantor Populi Center, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2018).

Survei ini, kata dia, juga memasukkan sosok Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dengan persentase 0,9 persen, mengalahkan anak sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY sebesar 0,7 persen.

"Ini Gatot Nurmantyo dan AHY memiliki elektabilitas capres sama, yaitu 0,7 persen. Disusul Jusuf Kalla, BJ Habibie, Ahok," papar Hartanto.