Sukses

Poros Ketiga di Pilpres 2019, Siapa Lawan Jokowi dan Prabowo?

Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengakui telah bertemu Sekjen PAN Eddy Soeparno dan Wakil Sekjen PKB Lukmanul Hakim untuk membahas poros ketiga Pilpres 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki tahap pelaksanaan Pemilu 2019, berhembus kencang soal pembentukan koalisi poros ketiga. Wacana poros ketiga semakin mencuat setelah calon presiden di Pilpres 2019 masih berkutat di antara dua nama saja: Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto.

Salah satu pihak yang mewacanakan poros ketiga adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Partai pimpinan Muhaimin Iskandar ini mewacanakan pembentukan poros baru dengan menggandeng sejumlah partai termasuk PAN dan PKS.

Wacana ini pun bukan isapan jempol semata. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengakui telah bertemu Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno dan Wakil Sekjen PKB Lukmanul Hakim untuk membahas Pilpres 2019 termasuk soal kemungkinan membentuk poros ketiga untuk mengusung capres selain dua nama itu.

"Kami berdiskusi membuat itu (pilpres) pasangan lebih dari satu. Kemudian ada istilah poros ketiga, supaya publik merespons baik," kata Hinca di Kawasan SCBD, Jakarta, Kamis, 8 Maret 2018.

Menurut Hinca, di antara tiga partai sudah memiliki frekuensi yang sama. "Kalau istilah radio frekuensinya sama. Soal poros ya kita bicarakan juga, sebut nama belumlah," kata Hinca santai.

Sebagai partai pengusung capres Jokowi, PDIP santai menanggapi hal ini. Bahkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, partainya meyakini Pilpres 2019 akan diikuti tiga pasangan calon.

"Kami memperkirakan sekitar tiga pasangan calon. Tetapi mau tiga atau dua, itu kan hak konstitusional. Itu yang dihormati dalam sistem demokratis ini," ucap Hasto di kampus IPDN, Jatinagor, Jawa Barat, Kamis 8 Maret 2018.

Wacana untuk memunculkan poros ketiga mendapat dukungan dari Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang Politik Dalam Negeri, Priyo Budi Santoso.

"Feeling saya ini kalau untuk kepentingan demokrasi kita bersama itu bagus kalau muncul poros ketiga," ujar Priyo di Gedung ICMI, Jakarta Pusat, Rabu 7 Maret 2018. Sebab menurutnya, kalau hanya ada dua poros dalam Pilpres 2019 mendatang, akan mengulang kerasnya suksesi di 2014.

"Jadi kalau head to head antara Jokowi Prabowo dengan pasangan masing-masing, ini akan terjadi pertarungan kayak kemarin (Pilpres 2014)," ucap Priyo.

Dari kacamata demokrasi, mengulang kejadian Pilpres 2014 tidak masalah. Namun, Priyo menganggap akan sangat bagus jika dimunculkan poros ketiga.

"Tapi kalau ada poros ketiga ini bagus, karena nanti bisa dua putaran atau satu putaran bisa juga. Tapi bisa terjadi dua putaran," jelas Priyo yang juga politikus Partai Golkar.

 

2 dari 3 halaman

PDIP Siap

Soal poros ketiga ini, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menyatakan, hal itu dimungkinkan. Dia pun memprediksi kemunculan poros ketiga akan menggerus dukungan suara untuk Jokowi dan Prabowo.

"Tergantung siapa calonnya," ujar Qodari di Gedung ICMI, Jakarta Pusat, Rabu 7 Maret 2018. Ia pun lalu mencontohkan jika sosok eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang mencul di Pilpres 2019, suara yang akan dikalahkan adalah Prabowo.

"Karena sama-sama latar belakang militer," ucap dia. Sedangkan jika calon yang diusung poros ketiga adalah mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Qodari memprediksi suara yang akan tergerus adalah Jokowi.

"Bukan mustahil Prabowo akan tergerus, kenapa? Anies anggaplah representasi tokoh Islam atau masyarakat Islam. Sementara Pak Prabowo selama ini imagenya dukungan datang dari kelompok Islam, artinya dukungan Pak Prabowo juga akan tergerus," kata dia.

Yang jelas, Qodari menilai, Prabowo lebih dirugikan jika ada calon ketiga nantinya. "Katakanlah capresnya militer, Prabowo terganggu. Latar belakang Islam, Prabowo terganggu juga," tuturnya.

Kencangnya isu pembentukan poros ketiga di pilpres 2019 memunculkan dugaan bahwa partai koalisi pemerintah retak. Pasalnya, PKB yang menjadi pewacana poros ketiga saat ini merupakan bagian dari partai koalisi pemerintah.

Namun dugaan ini ditepis Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto. Dia mengatakan, saat ini para parpol terus membangun komunikasi. PDIP sendiri, kata Hasto, mengaku siap menghadapi pertarungan di Pemilu 2019, baik dengan dua pasangan capres-cawapres maupun tiga pasangan calon.

"Kami siap berkompetisi baik dengan dua pasangan calon maupun dengan tiga pasangan calon. Kami bersiap-siap," tegas Hasto usai memberi sambutan di acara kaderisasi kaum perempuan PDIP di Depok, Jawa Barat, Jumat (9/3/2018).

PDIP menilai wajar kehadiran poros ketiga sebagai upaya untuk memunculkan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dia menyebutnya itu mencerminkan peningkatan kualitas demokrasi di Indonesia.

Untuk menghadapi ini, PDIP akan bekerja keras untuk menampilkan kualitas terbaik calon petahana, yakni Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"PDI Perjuangan siap untuk menampilkan kontestasi terbaik (Jokowi)," ujar Hasto.

Untuk cawapres Jokowi, Hasto Kristiyanto menyatakan saat ini tengah dipertimbangkan. Mencari yang paling dekat dan diinginkan rakyat.

"Mari berlomba-lomba siapa pun yang akan menjadi cawapres bergerak ke atas. Sehingga rakyat akan memberikan apresiasi," ungkap Hasto. Hasto mengakui partainya saat ini tengah berkomunikasi dengan sejumlah partai, termasuk Partai Demokrat.

"Ya komunikasi sering dilakukan. Karena bangsa ini kan dibangun dengan semangat gotong royong. Dengan dialog bahkan mereka yang kritis dengan Pak Jokowi kami ajak berdialog," tutur Hasto.

3 dari 3 halaman

Capres Agus Yudhoyono

Berbeda dengan PDIP yang santai menanggapi wacana pembentukan poros ketiga di Pilpres 2019, Partai Golkar bereaksi lebih keras. Ketua DPP Golkar Ace Hasan Sadzily, meski tak mempermasalahkan poros ketiga ini, namun dia berharap hal itu tidak mengganggu kekompakan koalisi partai pendukung pemerintah.

"Bagi kami Partai Golkar mengharapkan dalam pembentukan poros baru Pilpres 2019 nanti tak ganggu kekompakan partai pendukung pemerintah, untuk mengantarkan Pak Jokowi sampai 2019," ujar Ace di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Maret 2018.

Golkar sendiri tetap kokoh dengan keputusannya mengusung Jokowi di Pilpres 2019. Golkar, kata Ace, tidak akan keluar dari koalisi yang akan mengantar Jokowi di 2019. Ace pun enggan mencampuri urusan PKB atau partai lain yang berniat membuat poros baru.

"Tentu kita tak mencampuri manuver partai lain untuk membuat poros baru," kata Ace.

Seiring berkembangnya wacana poros ketiga, muncul juga usulan untuk mengusung putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimutrti Yudhoyono, sebagai calon presiden di Pilpres 2019. Usulan ini datang dari pengurus partai di daerah, jelang Rapimnas Partai Demokrat yang akan berlangsung pada Sabtu dan Minggu, 10-11 Maret 2018.

"Kenapa kami mengusung AHY menjadi capres, berdasarkan respons positif masyarakat. Respons politik berdasarkan survei juga cukup baik, ada optimis kami mengusung AHY," kata Ketua DPD Demokrat Banten Iti Octavia Jayabaya, saat ditemui di kantornya, Kota Serang, Jumat (9/3/2018).

Menurutnya, AHY mampu menjadi capres alternatif pilihan masyarakat setelah Jokowi dan Prabowo. Terutama bagi anak muda.

"Selama punya peluang yang sama, kita punya kesempatan yang sama. Tentu sesuai dengan generasi sekarang, menurut kami AHY yang pas," kata Iti.

Sebelumnya, AHY mengantarkan sendiri undangan Rapimnas ke beberapa tokoh nasional, seperti Presiden Jokowi dan Menko Polhukam Wiranto.