Liputan6.com, Denpasar Calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster menyempatkan diri meninjau kerajinan pandan di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. Itu dilakukannya di sela kampanye di Kabupaten Karangasem.
Koster memperhatikan dengan detail bagaimana sekitar 40 orang pengrajin itu membuat berbagai macam kerajinan dari daun pandan kering. Sesekali ia ikut membantu pengrajin yamg rata-rata ibu-ibu itu. Sejurus kemudian, ia bertanya mengenai proses pembuatan kerajinan tersebut.
Kepada Koster, perwakilan pengrajin bernama Agung Sudanti menjelaskan, butuh waktu sekitar satu minggu untuk menghasilkan kerajinan dari daun pandan. Ada banyak kreasi yang dibuat para pengrajin, di antaranya tikar, tas dan topi.
Advertisement
Saat ini, Agung Sudanti melanjutkan, kelompoknya hanya melakukan proses produksi saja. Sementara untuk penjualannya dibantu oleh pengepul yang berada tak jauh dari desanya.
"Dari sana, pengepul itu jual lagi ke daerah Bona, Gianyar. Di sana diolah lagi dan harganya jadi tinggi. Tas ini dijual seharga Rp 500-700 ribu," jelas Agung Sudanti sembari menunjukkan tas hasil kerajinan Desa Tumbu, Senin (19/3/2018).
Baca Juga
Namun, yang membuat Koster miris saat mengetahui harga jual dari pengrajin ke pengepul. "Kami jual satu picis Rp 25 ribu. Untuk modal Rp 500 ribu sebulan. Untungnya sekitar Rp 5 ribu per picis," jawabnya.
Ya, Agung Sudanta mengakui jika mereka terkendala teknologi finishing-nya. "Kami tidak punya alat-alat untuk finishing-nya. Kalau ada, kami sendiri bisa melakukannya," kata dia.
Bukan Wayan Koster namanya jika tidak langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi warga. Tak butuh waktu lama, ia langsung menjawab secara konkret dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi pengrajin pandan di Desa Tumbu.
Â
Buat Kelompok
Menurutnya, hal utama yang harus dilakukan oleh pengrajin adalah membentuk kelompok berbadan hukum. Ia langsung meminta kepada kader PDI Perjuangan Karangasem yang dikomando I Gede Dana untuk memfasilitasinya.
"Tolong dibantu dibuatkan kelompoknya. Kalau sudah berbadan hukum, kelompok, nanti bisa disalurkan bantuan oleh Pemprov Bali," ujarnya.
Menurut Koster, badan hukum yang tepat untuk pengrajin pandan ini adalah koperasi. Nantinya, pengrajin yang membuat kerajinan, karya mereka dijual oleh koperasi yang menaunginya. Dengan koperasi pula kebutuhan teknologi finishing bisa direalisasikan.
"Jadi dari hulu sampai hilir selesai. Mereka yang membuat kerajinan, di-finishing, lalu koperasi yang menjualnya. Kan, mereka-mereka juga anggota koperasinya. Kalau perlu, ajak sekalian petani pandannya jadi anggota koperasi," saran calon gubernur yang berpasangan dengan Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati itu.
Advertisement
Koperasi
Jika sudah terbentuk badan hukum berupa koperasi, Koster juga meminta agar direkrut tenaga kerja untuk desain hasil karya pengrajin. "Jadi nanti sudah langsung siap jual, tidak perlu lagi melalui pengepul. Harus diputus itu agar pendapatan pengrajin bertambah.
Kalau sekarang hasil kerajinannya dijual Rp25 ribu, dengan pola itu harga jualnya langsung Rp500-700 ribu. Langsung pengrajin yang dapat," papar calon Gubernur Bali yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PAN, PKB, PPP dan PKPI itu.
Sementara untuk pemasarannya, Koster memikiki dua skema. Pertama, ia menyarankan agar nantinya koperasi mengontrak toko di tempat-tempat wisata. Produk kerajinan Desa Tumbu adalah barang-barang-barang yang dijual di sana.
"Atau skema kedua, koperasi yang menyalurkan produk kerajinan di sini kepada toko-toko yang banyak tersebar di daerah wisata seperti di Candidasa, Taman Ujung maupun obyek wisata di Denpasar, Gianyar dan Badung. Kan bisa dikerjasamakan. Polanya nanti bisa bagi hasil atau lainnya, yang penting adil," tutur Koster.