Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Respons Prabowo pun baik. Dia juga menampung aspirasi Gatot yang mengungkapkan keinginannya menjadi capres maupun cawapres 2019 kepada Prabowo.
Namun, Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, tak setuju bila akhirnya partai berlambang burung garuda itu memilih Gatot sebagai cawapres Prabowo. Alasannya, kedua tokoh itu berlatar belakang sama.
"Pak Gatot militer, Prabowo militer. Tidak elok," ujar Mardani, Rabu (21/3).
Advertisement
PKS sendiri hampir pasti berkoalisi dengan Gerindra dalam laga Pilpres 2019. Untuk itu, dia meminta semua opsi dirembukkan dengan matang.
"Yang pertama ditegaskan bahwa penetapan capres dan cawapres dilakukan melalui mekanisme musyawarah," ucap Mardani.
Saat ini pun Prabowo belum memberikan jawaban apakah mau atau tidak maju di Pilpres 2019. Namun, Gerindra memiliki peluang paling besar mencalonkan Prabowo menjadi presiden dibanding PKS yang merencanakan Sohibul Iman dan PAN mencalonkan Zulkifli Hasan.
"Tentu Gerindra punya opsi terbesar untuk capres dengan kursi 73 (di DPR)," ujar Mardani.
Gerindra Harus Berkoalisi
Namun, menurut dia Gerindra harus berkoalisi demi memuluskan langkah Prabowo lantaran kursi yang dimiliki Gerindra tidak akan cukup jika jalan sendirian. "Karena pemilik tiket itu statusnya share ticket. Tidak ada yang bisa maju sendiri. Jadi bukan hanya cawapres, capres pun dibahas bersama," tutur Mardani.
Sampai saat ini, Gerindra dan PKS belum menyatakan sikap. Begitu juga PAN yang nyaris bergabung dengan dua koalisi yang ada. Kendati demikian, Mardani tak khawatir sebab pendaftaran Pilpres baru dibuka pada 4-10 Agustus 2018.
"Waktunya masih cukup. Daftar nanti 4-10 Agustus 2018," pungkas dia.
Reporter: Muhammad Genantan Saputra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement