Liputan6.com, Jakarta Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mempunyai pandangan tersendiri menganggapi berbagai hasil dari lembaga survei.
Menurut Gus Ipul, setiap pemilihan kepala daerah, pilihan presiden termasuk pemilu legislatif tentu ada survei dan survei itu berbasis data namun yang membuat berbeda adalah cara memahami data itu.
"Makanya itu dari awal saya mengatakan yang namanya survei itu adalah petunjuk dan cermin buat kita, tidak menjamin," tutur Gus Ipul usai acara deklarasi dukungan relawan Jokowi di Surabaya, Kamis (22/3/2018).
Advertisement
Gus Ipul mengatakan, banyak lembaga survei yang menyatakan kandidat itu kalah tetapi menang, dan ada juga yang diprediksi menang ternyata kalah.
"Jadi banyak faktor yang menentukan seseorang sebelum masuk ke TPS. Mungkin sekarang bagus tapi nanti, waktu semakin dekat berubah atau sebaliknya menjadi semakin kuat," kata Gus Ipul.
Gus Ipul mengaku tetap mensyukuri apapun yang selama ini disampaikan oleh lembaga survei. Baik lembaga survei yang membantunya maupun yang membantu pihak lain dan baginya semuanya itu tidak ada masalah.
"Tetapi yang jelas, yang perlu kita syukuri adalah suara kita itu alhamdulillah masih lumayan karena pekerjaan saya sebagai wakil gubernur selama dua periode masih diapresiasi," ucap Gus Ipul.
Gus Ipul menegaskan, rata-rata yang didapat dari semua hasil survei adalah kepuasan terhadap gubernur sendiri dan wakil gubernur sendiri, yang rata-rata diatas 70 persen.
"Itu suatu hal yang menurut saya cukup menggembirakan," ujar Gus Ipul.
Seperti yang dikutip dari antaranews.com, hasil survei lembaga penelitian Charta Politika Indonesia terhadap 1.200 responden mengenai calon gubernur dan wakil gubernur Jawa timur, menunjukkan elektabilitas Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Soekarno melampaui elektabilitas Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak.
"Berdasarkan pertanyaan simulasi kertas suara, jika Pilkada dilakukan hari ini, maka Khofifah-Emil meraih 38,1 persen, Gus Ipul-Puti 44,8, dan undecided voters 17,1 persen," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya dalam rilis Survei Elektabilitas Charta Politika Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Pilkada Jawa Timur 2018 di Jakarta, Rabu 21 Maret 2018 kemari.
Survei dilakukan pada 3-8 Maret 2018 melalui tatap muka langsung dengan kuisioner terstruktur terhadap 1.200 responden di 38 kabupaten/kota di seluruh Jawa Timur. Survei menggunakan metode acak bertingkat dengan margin of error 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Yunarto mengatakan persentase elektabilitas itu masih terbagi dua, yakni pemilih yang sudah mantap menetapkan pilihan dan pemilih yang masih mengambang atau bisa mengalihkan dukungan.
Dari elektabilitas Khofifah-Emil 38,1 persen, sebanyak 68,7 persen menyatakan sudah memantapkan pilihan sedangkan 27,3 persen adalah pemilih mengambang.
Sementara dari elektabilitas Gus Ipul-Puti sebesar 44,8 persen, 70,3 persen di antaranya mantap dan 25,8 persen lainnya pemilih mengambang.
Yunarto mengatakan dari sisi popularitas, Khofifah dan Gus Ipul secara pribadi sudah mencapai level tertinggi. Popularitas Khofifah 92,9 persen, sedangkan Gus Ipul 91,7 persen.
Sehingga, kata Yunarto, keduanya tidak dapat melakukan upaya apa-apa lagi untuk menaikkan popularitas. Kunci tambahan elektoral keduanya berada pada sosok calon wakil gubernur yang menjadi pasangannya.
Hasil survei menunjukkan saat ini popularitas baik Emil Dardak maupun Puti Soekarno masih berada pada level rendah, masing-masing 50,7 persen dan 42,2 persen.
Sementara itu dari sisi lima wilayah kultural, pasangan Khofifah-Emil hanya unggul di daerah Mataraman Pesisir, sedangkan Gus Ipul-Puti unggul di daerah Arek, Tapal Kuda, Mataraman dan Madura.
Â
Â
(*)Â